Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Teheran. Otoritas Iran mengeksekusi mati dua warganya yang divonis mati atas dakwaan 'menyebarkan korupsi'. Eksekusi mati dilakukan saat Iran gencar memerangi kejahatan ekonomi yang marak saat negara ini menghadapi sanksi-sanksi baru Amerika Serikat (AS) yang menargetkan sektor minyak.
Seperti dilansir Reuters, Rabu (14/11/2018), salah satu pria yang dieksekusi mati disebut bernama Vahid Mazloumin, yang dijuluki sebagai 'sultan koin' oleh media. Dilaporkan media setempat, Mizan, Mazloumin merupakan seorang pedagang yang dituduh memanipulasi pasar mata uang.
Laporan media Iran lainnya, ISNA, menyebut Mazloumin kedapatan menimbun koin emas seberat dua ton.
Satu pria Iran lainnya yang dieksekusi mati disebut sebagai anggota jaringan Mazloumin dan terlibat dalam penjualan koin-koin emas.
Awal pekan ini, juru bicara otoritas kehakiman Iran, Gholamhossein Mohseni Ejei, menyatakan pengadilan khusus Iran telah menjatuhkan hukuman mati untuk dua terdakwa yang dinyatakan bersalah atas dakwaan 'menyebarkan korupsi di Bumi'.
Dakwaan itu memiliki ancaman hukuman mati menurut aturan hukum yang berlaku di Iran.
Diketahui bahwa proses peradilan khusus untuk tindak kejahatan ekonomi yang berjalan cepat mulai diberlakukan di Iran sejak Agustus lalu. Peradilan khusus ini telah mendapat persetujuan pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei. Dalam pernyataannya, Khamenei menyerukan proses hukum yang 'cepat dan adil' dalam menghadapi 'perang ekonomi' dengan musuh-musuh asing.
Hingga kini, peradilan khusus ini telah menjatuhkan sedikitnya tujuh vonis mati, dengan beberapa persidangan disiarkan langsung di televisi.
Pekan lalu, AS menerapkan kembali sanksi-sanksi yang menargetkan minyak Iran, perbankan dan sektor transportasi negara tersebut. AS juga mengancam akan menjatuhkan lebih banyak sanksi demi menghentikan kebijakan Iran yang melanggar hukum.
Otoritas Iran bersumpah akan melawan sanksi-sanksi AS. Namun di sisi lain, mata uang Iran, Rial, kehilangan 70 persen nilainya sepanjang tahun 2018 di bawah ancaman sanksi baru AS. Situasi itu terjadi di tengah permintaan dolar AS dan koin emas dari pasar tidak resmi, sangat besar karena banyak warga Iran yang ingin mengamankan tabungan mereka.
Hal itu juga berdampak pada melonjaknya biaya hidup di Iran sehingga memicu unjuk rasa di berbagai wilayah terhadap korupsi dan praktik mengejar keuntungan (profiteering). Dalam aksinya, para demonstran meneriakkan slogan antipemerintah Iran.(dtc)