Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Menjalankan riset atau penelitian selama empat bulan di Desa Sitampurung, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara, pegiat seni budaya dan lingkungan, Murni Huber boru Tobing menemukan fakta bahwa pemerintah tidak memberi perhatian walau sedikit kepada pengrajin logam di sana.
Padahal, pengrajin yang berjumlah sekitar 280-an itu sudah 200-an tahun secara turun-temurun menjalankan usahanya. Yang bisa mereka hasilkan cuma lonceng berukuran besar dan berat yang lazim digunakan di sekolah-sekolah atau gereja. Selain yang membeli tak seberapa, rutinitas waktu pembeliannya juga sangat panjang.
"Makanya para pengrajin itu tidak meningkat kesejahteraannya, dari tahun ke tahun begitu-begitu saja pendapatannya," kata Murni yang ditemui di sela-sela wisuda pascasarjana, di Auditorium Universitas Sumatra Utara, Padang Bulan, Medan, USU, Rabu (21/11/2018).
Terangnya, selain produk pengrajin logam di Taput tidak menarik dibeli, inovasi dari sentuhan art atau seninya juga nihil. Padahal untuk bahan baku, mereka bisa mendapatkan dengan harga murah. Yakni dari besi daur ulang bekas kapal yang rusak.
Seharusnya, agar peminatnya lebih masif, terutama para wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke Danau Toba, para pengrajin bisa menghasilkan produk dengan ukuran lebih kecil dengan sentuhan seni. Misalnya, lonceng mini yang bisa digantung di rumah atau tempat-tempat lainnya.
"Kealpaan pemerintah dalam memberi perhatian kepada pengrajin logam ikut membuat produk mereka tak maju-maju. Peralatan seperti sprinkle air yang membuat produk kerajinan logam jadi mengkilap harusnya dibantu penyediaannya," papar Murni yang juga calon anggota legislatif DPRD Sumut dari salah satu partai politik.
Tegasnya, guna meng-up grade kualitas produk pengrajin logam di Taput, pertama, pemerintah harus membantu permodalan untuk pengadaan peralatan kerja. Kedua, para pengrajin harus difasilitasi pelatihan agar lebih kreatif dan inovatif. Dengan demikian pengembangan pariwisata di kawasan Danau Toba membawa keuntungan bagi mereka. Karena mereka bisa menghasilkan produk original dan khas berciri seni budaya lokal.
Pemikiran-pemikiran tersebut dituangkan Huber dalam disertasi pascasarjananya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU. Berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Mikro Kecil Sektor Industri Logam Pandai Besi di Kabupaten Tapanuli Utara. Hasilnya, dia meraih hasil dengan predikat terbaik atau cumlaude.
"Saya jadi satu dari dua puluh wisudawan terbaik peraih predikat cumlaude yang diwisuda hari ini," ujarnya bangga.
Sebagai implementasi pemikiran-pemikirannya, dalam waktu dekat dia ingin mengajak pemerintah dan Badan Otorita Danau Toba mendirikan galeri usaha kerajinan logam di kawasan Danau Toba. Selain untuk memajang produk kerajinan logam, di sana juga akan diperlihatkan proses kreatif mereka.
"Seperti di Gianyar ada sentra kerajinan emas, kuningan di Jawa Tengah dan perak di Yogyakarta, saya ingin Tapanuli Utara jadi sentra kerajinan logam," tegas Murni.