Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Lembaga survei Median merilis survei nasional mengenai elektabilitas pasangan capres dan cawapres pada Pilpres 2019. Dalam survei, capres petahana Joko Widodo dinilai unggul karena hasil kerja nyata pembangunan infrastruktur, sementara capres Prabowo Subianto unggul di barisan masyarakat ingin perubahan.
Survei dilakukan pada periode 4-16 November 2018 terhadap 1.200 responden, populasinya seluruh warga yang memiliki hak pilih. Survei dilakukan dengan menggunakan metode pengambilan sampel secara acak atau multistage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Margin of error survei +/- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam survei ini, diketahui elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin ada di angka 47,7%. Sementara itu elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno 35,5%.
Direktur eksekutif Median, Rico Marbun mengungkap alasan mengapa Presiden Jokowi masih di bawah 50 persen. Berdasarkan hasil survei, masyarakat menilai ekonomi Indonesia masih memburuk dengan naikknya harga pokok hingga listrik.
"Harga pasar dan kebutuhan pokok itu yang dipikirkan, jadi pas kita tanya yang bisa jelaskan problem langsung, ini masalah harga, hutang listrik dan sebagainya. Jadi kenapa Jokowi unggul tapi nggak tebal (suara) itu karena problem ekonomi kesejahteraan masih dalam ekspektasi publik dan belum diselesaikan oleh pemerintah," kata Rico saat memaparkan survei di Jl. Cikini Raya, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2018).
Rico menyebut persentase masyarakat yang memaparkan sejumlah keberhasilan Jokowi hanya sebesar 47,6 persen, sedangkan yang menyebut kekurangan Jokowi sejumlah 58,5 persen. Keberhasilan Jokowi itu berupa pembangunan infrastruktur, bantuan masyarakat hingga merakyat.
"Lalu kita tanya keberhasilan dan kekurangan Jokowi? Maka secara spontan 47,6 persen orang bisa jawab kelebihan pemerintah, dan 58,5 persen publik mebyebut kekurangan. Keberhasilan itu pembangunan infrastruktur, kesehatan. Kalau kekurangan dominan di ekonomi memburuk, beban untuk bayar sembako, BBM dan listrik masih terlalu besar mereka rasakan," ungkapnya.
Sementara itu jika dibandingkan dengan data pemilih capres nomor 02 Prabowo Subianto, rata-rata responden memilihnya dengan alasan karena ingin adanya perubahan, tegas hingga disegani asing. Untuk yang tidak disukai dari Prabowo adalah sifatnya yang keras, arogan, kurang merakyat.
"Dari alasan orang milih, ternyata belum ada alasan yang bilang 'oh saya pilih Prabowo dan Sandi agar ekonomi baik. Sehingga publik nggak memberikan pilihannya penuh kepada Prabowo. Jadi pada saat ditanya apa yang nggak disuka sama prabowo beliau itu dibilang keras itu masih dominasi, dan ini 2 faktor utama kenapa Prabowo ketinggalan dari Jokowi," ucapnya.
Berikut persentase dari survei tersebut:
Keberhasilan Jokowi
1. Pembangunan infrastruktur 23,2 persen
2. Bantuan tepat sasaran 4,5 persen
3. Kesehatan 3,4 persen
4. Pendidikan 3,2 persen
5. Ekonomi stabil 2,2 persen
6. Asian Games 1,4 persen
7. Dana desa 1,2 persen
Kekurangan Jokowi
1. Ekonomi memburuk 20,9 persen
2. Sembako, BBM, listrik mahal 11,5 persen
3. Pembangunan belum merata 3,0 persen
4. Ulama banyak kasus hukum 2,4 persen
5. Bantuan tidak tepat sasaran 2,2 persen
6. Korupsi 1,7 persen
7. Keamanan 1,7 persen
Kelebihan yang buat pilih Prabowo
1. Ingin perubahan, kecewa dengan Jokowi 24,3 persen
2. Tegas 15,9 persen
3. Mampu memimpin 9,1 persen
4. Berwibawa 4,4 persen
5. Militer 4,4 persen
6. Cerdas 2,3 persen
7. Kinerja terbukti 2,1 persen
Kekurangan yang buat tak pilih Prabowo
1. Keras 3,4 persen
2. Ambisius 2,1 persen
3. Kinerja belum terbukti 1,7 persen
4. Tidak punya istri 1,7 persen
5. Pelanggaran HAM 1,6 persen
6. Arogan 1,2 persen
7. Kurang merakyat 0,7 persen
(dtc)