Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Setiap dua bulan sekali, nelayan di Desa Kuala Besar, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut), selalu menyandarkan perahu mereka untuk dicat. Jika tidak, nelayan akan merugi karena perahu akan bocor dimakan kapang, yakni makhluk hidup di laut yang sering menempel di badan perahu untuk memakan kayu. Butuh perawatan rutin untuk menghindarkan perahu nelayan dari serangan kapang yang merugikan.
Slamet adalah salah seorang nelayan yang rajin menyandarkan perahunya di pantai untuk dicat. Perahu miliknya berukuran 26 kaki bisa mengangkut ikan sebanyak 1,5 ton. Perahu tersebut dijalankan nelayan lain dengan sistem bagi hasil. Perawatan dengan mengecat bagian badan adalah keharusan untuk menghilangkan kapang yang menempel dan menutupi lubangnya.
Kebiasaan tersebut tidak hanya Slamet yang melakukan. Nelayan lainnya juga demikian. Namun, memang ada nelayan yang tidak secara rutin merawat karena beberapa alasan seperti masalah ekonomi maupun kesibukan dengan aktivitas lainnya. "Perahu saya wajib dicat dua bulan sekali. Kalau tidak, bisa rugi besar, karena kalau terlanjur banyak yang bocor," kata Slamet kepada medanBisnisdaily.com, Jumat (30/11/2018).
Untuk membuat perahu 26 kaki, jelas Slamet, dirinya menghabiskan uang Rp 22 juta. Perahu tersebut dipesannya dari pembuat perahu di Tanjungpura. Perahu tersebut bisa bertahan selama lima tahun. "Perahu itu kan tiap hari dipakai cari ikan. Hasil penjualan ikan sebagian disisihkan untuk beli cat dan alat perawatan lainnya," katanya.
Slamet mengeluarkan uang Rp 200.000 untuk membeli cat dan membayar tenaga pengecatan. "Kapang ini, apa aja dimakannya. Mau perahu dari kayu atau perahu viber pun kena. Tidak ada obatnya kecuali perawatan rutin (dua bulan sekali). Harus mau, kalau tidak, ya tunggu saja perahu hancur. Bukan kecil biayanya kalau harus buat perahu baru," katanya.