Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Selama dua tahun terakhir kakao diperdagangkan dalam rentang harga yang terbatas. Selama 2017, harga kakao mengalami pergerakan yang tidak begitu atraktif di kisaran US$ 1.800 hingga US$ 2.200 per metrik ton. Kemudian di tahun 2018, harga kakao sempat membaik hingga mendekati US$ 3.000 per metrik ton, tepatnya pada Mei 2018.
Namun tren kenaikan harga kakao saat ini kembali mengalami penurunan dan bertengger di kisaran US$ 2.170 per metrik ton. Penguatan rupiah yang terus terjadi dan kini berada di level Rp 14.300 per dolar AS, menjadi salah satu pemicunya.
"Harga kakao yang belakangan berbalik di kisaran US$ 2.200-an ditambah dengan penguatan rupiah, jelas akan membuat harga kakao lebih murah dibandingkan realisasi enam bulan sebelumnya. Mungkin pelemahan akan terjadi hingga akhir tahun," kata pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, Rabu (5/12/2018).,
Pada Mei 2018, di mana harga kakao mendekati US$ 3.000 per metrik ton dan terjadi pelemahan rupiah yang bergerak di kisaran Rp 14.700-an ke Rp 15.000 per dolar AS, tentunya memberikan berkah tersendiri bagi petani kakao saat itu. Tapi jika terus melemah, akan merugikan petani.
Namun selama tahun berjalan, kata Gunawan, kinerja kakao cukup bagus karena di awal tahun sempat di kisaran US$ 1.800-an per metrik ton. Dan bila mengacu kepada realisasi harganya saat ini, jelas harga kako masih dalam tren naik. Hanya saja kenaikannya relatif sangat terbatas.
Untuk faktor global yang menjadi pemicu naik turunnya harga kakao belakangan adalah perayaan Halloween yang sebelumnya sempat menyeret kenaikan permintaan bubuk coklat. Tapi sepertinya kondisi tersebut tidak bertahan lama.
"Saya melihat potensi penurunan pada harga kakao berpelang terjadi dalam waktu dekat," kata Gunawan.
Produktivitas yang belum sepenuhnya ditopang oleh permintaan yang cukup menjadi alasan fundamental mengapa harga kakao diyakini belum akan pulih dalam waktu dekat. Bahkan, potensi harga kakao kembali dikisaran US$ 2.000 per metrik ton berpeluang terjadi. Apalagi ditambah dengan tren penguatan mata uang rupiah.