Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Melalui kegiatan 16 Hari Kampanye Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, sejumlah lembaga di Kota Medan mendesak agar pemerintah segera menetapkan RUU Anti Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan menjadi UU. Lembaga dimaksud di antaranya Lembaga Bantuan Hukum APIK, Yayasan untuk Perempuan Perkotaan Medan (YP2M), Sirkulasi Kreasi Perempuan (Sirkam), Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Medan dan Departemen Sosiologi FISIP USU.
Beberapa tahun terakhir berulang-ulang terjadi kekerasan seksual terasa perempuan. Tahun 2014, misalnya, di Jambi seorang wanita muda diperkosa 14 orang temannya dan dibunuh. Di tempat lain, WA diperkosa abangnya hingga hamil. Akibat melakukan aborsi dia kemudian dihukum penjara. Yang terbaru adalah mahasiswi UGM yang dilecehkan saat melakukan kuliah kerja nyata di Seram. Itu sebabnya sangat urgen RUU Anti Kekerasan Seksual disahkan demi melindungi kaum perempuan.
Salah satu upaya kampanye anti kekerasan terhadap perempuan hari ini, Rabu (5/12/2018), di Kampus FISIP USU digelar diskusi publik. Menampilkan pembicara Masdalifah (pengajar Ilmu Komunikasi FISIP USU dan pendiri YP2M), Rasita Padeni Nasution (LBH APIK), Citra Hasan Nasution (Sirkam) dan Marina Nasution sebagai moderator.
"Disebut 16 hari kampanye anti kekerasan karena hingga 10 Desember saat hari Hak Azasi Manusia sedunia diperingati terdapat sejumlah hari perjuangan. Seperti jari disabilitas, hari anti perbudakan, hari HIV/AIDS dan sebagainya," ujar Marina saat membuka dialog.
Masdalifah berdasarkan pengalamannya berkegiatan di YP2M selama 18 tahun menyatakan memberdayakan perempuan secara ekonomi adalah cara untuk menghindarkan perempuan dari tindak kekerasan seksual. Ketidakberdayaan ekonomi menjadi pintu masuk bagi perempuan menjadi korban kekerasan seksual.
"Ketika kami berhasil memberdayakan perempuan pedagang jamu, hingga mereka mampu mengelola usahanya dengan baik dan dapat mengorganisir diri kelompoknya, saat itu potensi kekerasan dapat dihilangkan," ujar Masdalifah.
Diskusi publik diikuti seratusan mahasiswa FISIP USU.