Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Bandung - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHL) mencatat dari 1.903 perusahaan industri yang ada di Indonesia, baru 437 perusahaan yang masuk kategori predikat hijau emas.
"Total yang hijau emas itu ada 437 perusahaan. Ini adalah industri-industri yang sudah kita uji dari segi ketaatan (aturan), taat semuanya jadi tidak ada yang dilanggar," kata Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan KLHK Karliansyah usai membuka acara seminar 'Kontribusi Dunia Usaha dalam Mencapai SGDs di Indonesia' di kampus Unpad, Jalan Dipatiukur, Kota Bandung, Kamis (6/12/2018).
Ia mengungkapkan, 437 perusahaan itu sudah melakukan efisiensi energi, konservasi air, kandungan hayati dan pengurangan limbah B3.
"Perusahaan-perusahaan di Indonesia wajib memenuhi baku mutu dalam operasinya. Pengawasan dilakukan oleh pihak pemberi izin, bisa bupati atau wali kota, bisa gubernur dan menteri," ucap Karliansyah.
Ia menuturkan, dari hasil evaluasi sekitar tahun 1990 tingkat ketaatan perusahaan masih rendah sekali, jumlahnya sekitar 34 persen. "Kami bina, bagaimana bisa melakukan ini semua (taat), alhamdulillah tahun 2017 kemarin tingkat ketaatan sudah mencapai 92 persen. Tapi artinya 8 persen masih bermasalah, harus kami rangkul dan kami bisa supaya bisa sejajar," tutur Karliansyah.
Menurutnya, 8 persen perusahaan itu boleh menjalankan usahanya. Asal, sambung Karliansyah, lingkungan harus dijaga karena persoalan lingkungan milik publik atau milik orang banyak. "Tidak boleh mereka mencemari dan merusak lingkungan. Tolak ukur meningkat itu dilihat dari baku mutu kualitas air limbah, emisi ada baku mutunya, limbah B3 juga ada baku mutunya, itu yang kita nilai," ujarnya.
Dalam seminar diselenggarakan oleh KLHK dan SDGs Unpad yang dihadiri ratusan peserta yang berasal dari ratusan perusahan ini, ia mengingatkan agar limbah yang dihasilkan perusahaan harus menjadi bahan baku kembali.
"Pola produksi konsumsi yang berkelanjutan. Harus efisien, bahan bakunya, prosesnya, sehingga limbah yang dihasilkan kalau bisa kita manfaatkan sebagai bahan baku lagi," tutur Karliansyah. dtc