Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily-Berastagi. Melalui Festival Kopi Karo #2, yang digelar selama dua hari di pelataran Open Stage Taman Mejuah-juah Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, mulai Sabtu (8/12/2018), pendapatan petani kopi dataran tinggi Karo diharapkan meningkat secara signifikan. Namun, untuk mewujudkan iimpian itu dibutuhkan tahapan yang dikerjakan secara profesional. Sehingga standarisasi kopi pasar internasional dapat dicapai.
Penanaman yang benar, proses budidaya, hingga pengolahan pasca panen yang baik, merupakan kunci sukses. Untuk itulah dibutuhkan pemahaman serta pengetahuan tentang kopi. Sehingga kopi karo menjadi kopi aromatik penuh cita rasa yang dapat diseruput oleh penikmat di seluruh dunia.
Hingga saat ini sesuai data Dinas Pertanian Kabupaten Karo, areal pertanaman kopi seluas 8.400 hektar. Dengan rata-rata menghasilkan 1,5 ton tiap hektar per tahun.
Kabupaten Karo yang sejak lama dilanda erupsi gunung berapi Sinabung tentunya membutuhkan komoditi yang tahap terhadap dampak. Kopi merupakan salah satu tanaman yang dipantau mampu bertahan di tengah bencana alam letusan gunung berapi.
Di seputaran kawasan terpapar abu vulkanik, tanaman ini terlihat mampu dan tangguh sekaligus mampu beradaptasi dengan kondisi alam yang tidak jarang dalam kondisi cukup ekstrim.
Seiring kondisi erupsi berkepanjangan, sejak tahun 2013 pihak BNPB melakukan survei lapangan dan mencari cara upaya pemulihan sosial ekonomi masyarakat terdampak Sinabung, di luar zona merah. Yang pada ketika itu BNPB secara kebetulan mendapat kerja sama internasional dengan New Zealand, menggandeng Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) yang bergerak di bidang pangan dan pertanian.
“Dari survei dan keterangan petani, kopilah yang paling bertahan, dan cepat prosesnya untuk pemulihan ekonomi. Jadi kita putuskan untuk melakukan pendampingan agar petani meneruskan perawatan tanaman kopi mereka,” ujar, Kepala Subdirektorat Pemulihan dan Peningkatan Sosial, Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), R Hutomo kepada medanbisnisdaily, di sela acara Festival Kopi Karo #2.
Namun saat itu, terang R Hutomo, belum banyak petani yang tertarik. Hanya beberapa kelompok tani. “Mungkin yang lain belum begitu melihat hasilnya, dan belum terpikirkan bahwasanya kopi yang ditanam di Karo selama ini adalah jenis kopi yang spesial. Ternyata kopi spesial itu harganya bagus. Rata-rata kopi yang ditanam di Karo ini adalah jenis arabica,” paparnya/
Seiring luasnya wilayah Indonesia, sebut R Hutomo, pihak BNPB sebagai lembaga pusat tidak bisa berhenti di Karo saja. Petani yang sudah mendapat pendampingan sebelumnya, kiranya dapat menularkan perolehan ilmu dan pengalaman yang telah didapat kepada petani lain.
Selain itu, ke depannya, peran serta Pemda Karo melalui dinas instansi terkait dalam hal pendampingan petani kopi khususnya diharapkan agar lebih maksimal.
Konsultan BNPB, Budi, mengatakan, pihak BNPB sejak 2015 telah menggandeng petani kopi di kawasan terdampak Sinabung, misalnya pada acara Pesta Mejuah-juah.
“Ketika itu kita ada stand dan mengikutsertakan masyarakat. Sejak itu start promo dan even Kopi Karo keluar. Kita juga bangga beberapa waktu lalu kopi Cimbang Sinabung mendapat penghargaan di pameran Paris, Perancis,” ujar Budi.
Sebelumnya, dalam kata sambutan Wakil Bupati Karo, Cory Sebayang, mengatakan, dataran tinggi Karo selain sebagai produsen tanaman hortikultura, dan pangan. Juga memiliki komoditi perkebunan primadona. Kopi Karo, yang beberapa tahun belakangan banyak diminati penikmat kopi. Kedepannya harus dapat ditingkatkan kualitasnya.
Dalam gelar festival hari pertama, lomba greenbean, Keltan asal Desa Cinta Rayat (Juma Raja-red) Kecamatan Merdeka, berhasil menempati urutan pertama. Disusul Waldi Sembiring, asal Desa Dokan, Kecamatan Merek. Juara ketiga disandang oleh Erno Bangun warga Desa Batu Karang, Kecamatan Payung.
Dalam kategori pemilihan kebun kopi terbaik di Tanah Karo, peringkat pertama disabet Rifin Donari anggota Kelompok Tani Sinergi Harapan, Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah. Disusul Bengkel Tarigan, warga Desa Kumbelin, Kecamatan Naman Teran. Posisi ketiga ditempati Enco Sitepu, warga Desa Kutarayat, Kecamatan Naman Teran, dan peringkat harapan diperoleh Rustam Sitepu, warga Desa Kutarayat, Naman Teran.