Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pengamat ekonomi dari Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengaku bingung adanya tren melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Padahal, cadangan devisa Indonesia tengah meningkat pada akhir November 2018, bertambah US$ 2 miliar dibanding bulan sebelumnya.
Lana mengungkapkan seharusnya nilai tukar rupiah mengalami penguatan mengingat cadangan devisa telah meningkat. Pasalnya, dengan begitu pemerintah bisa mengintervensi pasar.
"Saya pikir seharusnya menguat (nilai tukar rupiah terhadap dolar) karena cadangan devisa kita baik kan, tapi kok rupiah malah melemah," papar dia kepada detikFinance, Senin (10/12/2018).
Selain itu, kata Lana, nilai tukar dolar Hong Kong dan Singapura juga dibuka menguat di pasar perdagangan. Hal tersebut membuat kebingungan karena dolar Hong Kong dan Singapura biasa menjadi tolok ukur nilai tukar rupiah.
"Dolar Hong Kong dan Singapura tadi pagi juga dibuka menguat kan mereka pasar buka duluan kan biasanya itu dilihatnya. Tapi malah melemah, harusnya kuat," papar dia.
Ia pun mengungkapkan tidak berdampaknya cadangan devisa negara dikarenakan pengaruh faktor eksternal dari data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang tidak sesuai ekspektasi. Sehingga lebih kuat memengaruhi nilai tukar rupiah.
"Karena kuatnya (dampak) mata uang (kondisi) global melemah ya," jelas dia.
Sebagai informasi, Bank Indonesia (BI) merilis data cadangan devisa akhir November 2018 sebesar US$ 117,2 miliar. Angka tersebut meningkat sebesar US$ 2 miliar dibanding bulan sebelumnya US$ 115,2 miliar.(dtf)