Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat(AS) terus mengalami pelemahan di level Rp 14.600. Pergerakan dolar AS apakah mengalami pelemahan atau penguatan ke depan dipengaruhi beberapa faktor.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Pieter Abdullah Redjalam mengatakan bahwa ada kemungkinan dolar AS kembali ke level Rp 15.000. Pasalnya, saat ini kondisi rupiah masih rentan terhadap sentimen global.
Ia mencontohkan, sentimen yang dimaksud seperti hubungan perang dagang Amerika dengan China, hingga kenaikan suku bunga bank sentral The Fed.
"Ya mungkin saja (rupiah kembali ke Rp 15.000). Rupiah kita sangat rentan terhadap gejolak eksternal. Kalau terjadi misalnya pemburukan hubungan Amerika-China atau The Fed ternyata menaikkan suku bunga pada akhir Desember, semua itu berpotensi menekan rupiah melemah hingga 15.000," jelas dia saat dihubungi, Rabu (12/12/2018).
Namun, kata Pieter, pemerintah pada dasarnya tidak akan membiarkan pelemahan rupiah mencapai hingga Rp 15.000 per dolar AS. Sebab, Bank Indonesia (BI) akan segera merespons dengan menaikkan suku bunga acuan atau melakukan intervensi.
"Tapi tentunya BI tidak akan diam saja. BI masih punya senjata untuk menahan pelemahan rupiah yaitu dengan menaikkan suku bunga atau melakukan intervensi. Hasilnya akan bergantung tarik menarik antara isu negatif global dan kekuatan kebijakan BI," jelasnya.
Pengamat Ekonomi dari INDEF Bhima Yudishtira juga mengamini ucapan Pieter. Ia memprediksi rupiah bisa melemah hingga Rp 15.000 per dolar AS sehingga BI dianggap perlu melakukan intervensi.
"Bisa ke Rp 15.000 lagi. Jadi tunggu The Fed tanggal 19 Desember, kalau menaikkan suku bunga acuan artinya BI mungkin juga menaikkan suku bunga acuan dengan tingkat yang sama," pungkas dia. (dtf)