Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pada peringatan Hari HAM Internasional, 10 Desember 2018, sebuah grup musik tampil di depan Kantor LBH Medan, Jalan Hindu, No 12, Medan. Mereka manggung di antara penonton yang tak biasa.
Dikatakan tak biasa, karena yang mengerubungi mereka adalah aktivitas NGO, jurnalis, praktisi hukum, tukang parkir, seniman mural, pengguna jalan maupun penjaga toko di sekitar tempat itu.
Kala itu Filsafatian menampilkan beberapa lagu kritik sosial. Dalam lagu-lagunya itu, mereka menyindir banyak hal. Termasuk soal raksasa industri sawit yang menurut mereka telah membunuh jutaan petani di Indonesia.
Sembari bernyanyi, Santus Sitorus sang vokalis, juga berorasi. Orasi yang sarat dengan filsafat
"Sekarang kita terjebak. Sawit di mana-mana. Katanya tolak sawit, tapi sabun dan minyak goreng yang kita gunakan dari sawit. Kita terpaksa, dipaksa. Sekarang petani kehilangan sawah. Ayo kita doakan petani supaya sejahtera dan kita tetap bisa makan beras, bukan sawit," kata Santus membuka sesi lagunya.
"Nama Filsafatian dipilih karena kecintaan kami pada filsafat. Menurut kami filsafat bukanlah sesuatu yang berat. Filsafat bisa disampaikan dengan cara yang ringan, termasuk melalui lagu," kata Santus saat ditanyai medanbisnisdaily.com, Selasa malam (18/12/2018)
Lagu-lagu Filsafatian berangkat dari kritik sosial. Hal itu bisa didengar lewat lagu "Pening dan Berang" "Revolusi Mentel" "Negeri Kompromi". Mereka juga tak lupa dengan akar budayanya, lagu "Marsikolla" dan "Sada Saroha" diaransemen dengan pembauran musik tradisi yang kental.
Grup yang dibentuk 27 Agustus 2010 ini juga telah mengeluarkan album "Tebar Vibrasi Positif". Santus menambahkan, konsep bermusik Filsafatian menekankan pada semi orasi dengan balutan Jamaican Music. Itu adalah bagian dari visi dan misi Filsafatian yang terus berjuang agar musik dengan kritik sosial itu terus tumbuh di negeri ini.
"Karenanya kami tidak membeda-bedakan panggung. Kami menyerap insipirasi darimana saja, melebur dan merakyat," ujarnya.
Grup musik yang digawangi Santus Sitorus (vokal dan gitar) Kukun Helwani (drum/perkusi) Ando Banurea (base/vokal) dan Restu Purba (keyboard/vokal) berharap pegiat musik independen di luar Jawa, khususnya di Sumatra Utara, tetap eksis dengan kekhasan dan idealismenya dalam bermusik.