Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnidaily.com - Medan. Tak henti-hentinya bencana banjir dan longsor terjadi di wilayah Provinsi Sumatera Utara. Bergantian dari kabupaten satu ke daerah lainnya. Tak cuma mengakibatkan kerugian harta benda tetapi juga menghilangkan jiwa.
Koordinator Wilayah Sumut-Nangroe Aceh Darussalam Pengurus Pusat GMKI, Gito Pardede menyatakan keprihatinannya. Menurutnya, longsor dan banjir yang terus terjadi merupakan catatan buruk bagi kondisi lingkungan di Sumut.
Kata Gito dalam pernyataan tertulisnya kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (19/12/2018), keadaan hutan di Karo sudah tidak lagi lestari. Begitu pula di Tapsel dan wilayah lainnya di Sumut.
Ia memaparkan, longsor dan banjir bandang yang ikut menghanyutkan material kayu memperkuat dugaan bahwa telah terjadi pembalakan liar hutan. Hal ini merupakan penyebab terjadinya bencana banjir dan tanah longsor.
Bencana banjir dan longsor diawali pada Oktober di mana hujan deras menyebabkan akses jalan di Nagori Marubun Jaya, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, terputus. Kemudian di Kabupaten Tapanuli Selatan, banjir bandang mengacaukan Desa Mosa dan mengakibatkan dua orang kehilangan nyawa yakni yakni Sindi (11) dan Puput (2 bulan).
Di Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Tobasa, tanah longsor terjadi di Desa Halado, Jalan Lintas Sigura-gura, Rabu (12/12/2018). Berikutnya, bencana banjir terjadi di tiga kecamatan, yakn Pahae Jae, Purbatua, dan Simangumban. Sejumlah infrastruktur, ratusan hektar areal persawahan dan merendam sembilan unit ruma mengalami kerusakan.
Yang terbaru adalah longsor yang berlangsung kemarin (18/12/2018) di jalan lintas Siantar - Parapat. Persisnya di Desa Sibaganding, Kecamatan Sipanganbolon, Kabupaten Simalungun. Longsor merusak jembatan kembar yang menyebabkan terjadinya kemacetan panjang.Menanggapi peristiwa yang merugikan masyarakat banyak tersebut,
Berdasarkan data yang dikeluarkan BMKG wilayah 1 Medan, ungkapnya, baik bencana banjir maupun tanah longsor sangat memungkinkan akan terus terjadi di beberapa kabupaten di Sumut.
Saat ini terdapat beberapa wilayah di Sumut dengan potensi tinggi terjadinya tanah longsor. Di antaranya, Kabupaten Tapanuli Utara di Pahae Jae, Pahae Julu, Siborong-borong dan Adian Koting. Karo di Simpang Empat, Merek, Barus Jae, Mardinding, Payung dan Munthe. Humbang Hasundutan di Lintong Nihuta dan Onan Ganjang. Toba Samosir di Onan Runggu dan Palipi., Tapanuli Tengah di Barus, Tapian Nauli dan Lumut. Tapanuli Selatan di Batang Angkola. Mandailing Natal di Batang Natal, Natal, Batahan, Penyabungan, Kotanopan dan Muara Sipongi.
Dalam kaitan itu, Gito mendesak agar Pemprov Sumut serta Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup lebih memperhatikan kondisi ekosistem hutan.
"Pemerintah harus tegas menindak oknum atau perusahaan yang merusak lingkungan. Ini merusak tatanan ekosistem dan air, menyebabkan terjadinya bencana longsor dan banjir bandang," tegas Gito.
Pemerintah, terangnya, jangan hanya mementingkan proyek tanpa melihat ekosistem. Tindak oknum oknum dan perusahaan perusak lingkungan. Pemerintah jangan tutup mata, harus serius menyikapi bencana yang terjadi.
"Pencegahan bencana harus segera dilakukan. Jangan tunggu bencana yang lebih besar memakan korban jiwa," katanya.