Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Manila. Presiden Filipina Rodrigo Duterte memicu kemarahan publik setelah mengaku pernah 'meraba' seorang pembantu rumah tangga (PRT) saat dia masih remaja. Pengakuan ini memicu kecaman dari kelompok hak wanita yang menuduh Duterte melakukan percobaan pemerkosaan dan mendorong kekerasan seksual.
Duterte (73) sudah beberapa kali memancing kehebohan dan memicu kemarahan dengan komentar-komentarnya soal wanita, termasuk lelucon soal pemerkosaan dan membanggakan perzinaan. Komentar terbaru Duterte ini disampaikan dalam pidatonya pada Sabtu (29/12) lalu.
Seperti dilansir AFP, Senin (31/12/2018), Duterte menceritakan pengakuan yang pernah dilontarkannya kepada seorang pastor di sekolah menengah tempatnya belajar saat masih remaja. Dia menyebut dirinya saat masih remaja pernah masuk ke dalam kamar seorang PRT di rumahnya, saat sang PRT sedang tidur.
"Saya mengangkat selimut... Saya berusaha menyentuh apa yang ada di dalam celana. Saya meraba. Dia terbangun. Jadi saya meninggalkan kamar itu," tutur Duterte dalam pernyataannya.
Tidak hanya sekali saja, Duterte menyebut dirinya saat itu pernah kembali ke kamar sang PRT dan kembali berupaya melecehkannya. Pernyataan Duterte ini memancing kecaman dari partai politik pembela hak wanita, Gabriela. Gabriela merupakan kependekan dari General Assembly Binding Women for Reforms, Integrity, Equality, Leadership and Action.
Ditegaskan Sekjen Gabriela, Joms Salvador, bahwa pernyataan Duterte itu sangat menjijikkan. Gabriela menyerukan agar Duterte segera mengundurkan diri dengan menyebutnya telah mengakui sebuah percobaan pemerkosaan.
Sedangkan kelompok advokasi wanita lainnya, Coalition Against Trafficking in Women-Asia Pacific, menyebut pernyataan Duterte itu berpotensi membahayakan para PRT. Diketahui bahwa lebih dari 1 juta warga Filipina bekerja di luar negeri sebagai PRT.
"Memamerkan praktik ekekerasan mendorong budaya pemerkosaan dan dalam kasus ini, kekerasan seksual pada pekerja domestik," sebut Jean Enriquez selaku Direktur Eksekutif Coalition Against Trafficking in Women-Asia Pacific.
Menanggapi kecaman dan kritikan yang muncul, juru bicara Duterte, Salvador Panelo, menyebut bahwa Duterte telah 'mengarang' dan 'menambah dan merangkai' kisah itu.
"Dia telah mengarang anekdot untuk tertawaan guna mendramatisir fakta bahwa kekerasan seksual yang ditimpakan kepadanya dan teman-teman sesama murid ketika mereka masih di sekolah menengah," sebut Panelo.
Diketahui juga bahwa Duterte dalam pernyataannya pada Sabtu (29/12) juga menyebut bahwa dirinya dan teman-teman sekelasnya di sekolah menengah pernah dicabuli saat menyampaikan pengakuan kepada pastor. Duterte yang pernah menyebut gereja sebagai 'institusi paling munafik' ini menyampaikan pernyataan itu saat meluapkan kekesalannya pada Gereja Katolik yang dihujani tuduhan pencabulan terhadap anak-anak. (dtc)