Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di penghujung tahun 2018, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) mampu bangkit setelah sempat terpuruk dan menyentuh level terendahnya di bulan November 2018. Keterpurukan harga CPO yang sempat dipicu oleh perang dagang membuat petani sawit menjerit karena harga TBS sempat menyentuh Rp 700 per kg. Bahkan di sejumlah tempat, ada petani yang menjual di kisaran harga Rp 500 per kg.
Namun di awal Desember hingga di penghujung tahun 2018, harga CPO menanjak. Selama Desember, harga CPO mengalami penguatan yang mendekati angka kenaikan sebesar 20%. Di awal Desember, harga CPO bertengger di kisaran RM 2.000 per ton dan sempat meroket di kisaran RM 2.198 per ton. Meski mengalami fluktuasi, namun harga CPO ditutup di kisaran RM 2.120 per ton di penghujung tahun.
Membaiknya harga CPO, terang pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, karena ada genjatan perang dagang antara AS dan Cina. Di mana, Cina kembali membeli kedelai AS yang berujung pada peningkatan harga kedelai AS dan akhirnya mengerek harga sawit. Karena selama tahun berjalan 2018, harga kedelai dan CPO sama sama terpuruk sekitar 24%.
Efek perang dagang tersebut bahkan memicu Presiden RI Joko Widodo memberikan saran kepada masyarakat agar mendiversifikasi tanamannya. Dari yang sebelumnya mayoritas menanam sawit, diharapkan untuk juga membudidayakan tanaman kayu manis, petai, jengkol dan kopi.
"Sayang imbauan tersebut sepertinya hanya akan menjadi imbauan saja. Dikarenakan terjadi pemulihan pada harga CPO," kata Gunawan, Senin (31/12/2018).
Namun, penguatan rupiah dari kisaran Rp 15.300 ke Rp 14.500-an per dolar AS saat ini, juga membuat harga CPO tidak mengalami pembalikan harga yang optimal di tingkat petani. Bila saja selama Desember CPO meroket dan diikuti dengan pelemahan rupiah, bukan tidak mungkin harga sawit di tingkat petani berbalik mendekati level Rp 1.200 per kg.
Tentu diharapkan pemerintah terus melakukan upaya serius dalam menyerap CPO lokal dibandingkan bergantung pada permintaan impor di negara lain. Isu perang dagang yang bisa kembali mencuat sangat rentan membuat harga CPO kembali turun nantinya.