Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Beberapa tahun terakhir, mulai banyak kafe dan hotel yang menyediakan gula semut (gula aren) seiring semakin diminati masyarakat dengan meningkatnya kesadaran akan kesehatan dari apa yang dikonsumsinya. Hal tersebut berimbas pada cara pandang petani terhadap pohon arennya.
Di Mabes Kafe, di Jalan Setia Budi, Medan, misalnya. Mereka menyediakan gula pasir dan gula aren untuk pelanggan-pelanggannya. Pemilik Mabes Kafe, Agung Arifin menyarankan kepada pelanggannya mengkunsumsi gula aren karena lebih sehat dikonsumsi. "Apalagi kopi, cocoknya sama gula aren," katanya, Kamis (3/1/2019).
Kepala Dinas Perkebunan Sumatera Utara, Herawaty, mengatakan, aren merupakan satu dari 126 komoditas perkebunan. Dari angka tersebut, 5 komoditas prioritas, yakni tembakau, kopi, kakao, karet dan kelapa sawit. "Kita punya 5 komoditas perkebunan prioritas plus 1, itu aren," katanya.
Menurutnya, meningkatnya kesadaran pola konsumsi yang sehat turut mengerek gula aren, sehingga semakin populer di masyarakat. Salah satu dampak positifnya adalah, di tingkat petani juga semakin sadar dengan potensi tanaman arennya bahwa jika dikelola dengan maksimal lebih menjanjikan.
"Tidak hanya dalam bentuk gula aren yang dijual di pasar itu, tapi diolah lagi, dikristalkan. Itu disebut gula semut," katanya.
Dijelaskanya, sejak beberapa tahun lalu pihaknya memiliki program pengembangan Unit Pengolahan Hasil (UPS) dan membantu petani agar dapat mengolah air nira menjadi gula semut dan memberikan mesin untuk memudahkan pembuatan gula semut. Tahun 2018, pihaknya sudah memberikan bantuan mesin kepada petani aren di Mandailing Natal dan Karo.
"Tahun 2019 kita ada kasih mesinnya ke petani aren di Langkat. Salah satunya mesin pengkristal. Kita kasih bantuan mesinnya kepada siapa yang minta. Tentunya harus berbasis kelompok tani," katanya.
Dia menambahkan, selain memberikan mesin, pihaknya juga memberikan pelatihan kepada petani penerima tentang teknis pengoperasiannya.
"Dan tentu saja pelatihan tentang aren, potensinya apa, bagaimana menghasilkan yang baik, dan lainnya," katanya.
Tidak itu saja. Menurutnya, geliat petani aren juga memicu pertanaman dengan memberikan bantuan benih aren ke Labuhan Batu Utara, Batu Bara, Asahan dan Mandailing Natal dan memberikan pelatihan cara budidaya aren yang baik. "Benih yang diberikan ada sekitar 48.000 batang," katanya.
Desa Buluh Awar, Kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, merupakan salah satu sentra produksi gula merah dan gula semut dengan kualitas tinggi di Sumatra Utara. Dari sekitar 120 kepala keluarga (KK) di Desa Buluh Awar berkisar 50% hidup dengan memanfaatkan pohon nira untuk dijadikan gula aren dan gula semut, meskipun memang belum semuanya membuatnya karena keterbatasan alat pengolahan.
Ketua Aspenta Sumut, N Akelaras, mengatakan, satu pohon aren bisa menghasilkan minimal 15 liter air nira per hari. Bahkan, sebagian lainnya ada juga yang mampu menghasilkan hingga 20 liter bahkan 30 liter. Jika yang dijual airnya, hanya Rp 2.000/liter. Jika diolah, akan dapat memberikan nilai lebih bagi masyarakat.
Tidak hanya membantu masyarakat mampu membuat gula aren dan gula semut, selama ini dia juga turut membantu masyarakat membuat pembibitan aren ,yang mana umumnya dilakukan dengan biji.
"Karena permintaan bibit aren yang selama ini perbanyakannya melalui biji, saat ini cukup tinggi, ini pun, masyarakat juga dapat berperan dan juga membantu menambah pendapatan masyarakat desa," katanya.
Dia menambahkan, selama ini, Aspenta telah memberikan pelatihan tentang perbanyakan bibit aren meski masih dari biji, sehingga rata-rata petani aren telah melakukan pembibitan sendiri. Bahkan, ada yang sudah menjualnya.