Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Balige. Seorang pasien warga Dusun Panapparan, Kecamatan Parsoburan, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), yang dalam kondisi hamil tua harus kehilangan anak pertamanya karena terlambat mendapat pertolongan. Saat ia mendatangi RSU Porsea, Tobasa untuk melahirkan, ia tidak tidak mendapat pelayanan dengan alasan dokter spesialis kandungan tidak ada.
"Kami tiba di RSU Porsea kemaren, Kamis(3/1/2019) untuk mendapatkan pelayanan bagi istriku melahirkan (br Sihotang) anak pertama kami. Ternyata kami ditolak dan dirujuk ke RSU Tarutung. Setibanya di sana anak dalam kandungan sudah meninggal," ujar A Simanjuntak, Jumat(4/1/2019).
Dia mengatakan, kesedihan menimpa keluarganya di saat seorang ibu yang akan melahirkan dan sudah kritis ketika kehadirannya di RSU Porsea tanpa ada dokter yang mampu memberikan pelayanan.
"Kepala rumah sakit mengatakan dokter tidak ada, maka diberi rujukan ke RSU Tarutung dan setibanya di sana pihak rumah sakit memberi pertolongan, namun anak sudah meninggal dan dikatakan dokter pertolongannya terlambat," sebutnya dengan sedih.
Kepala RSU Porsea, dr Tihar Hasibuan membenarkan bahwa ada pasien ke rumah sakit untuk mendapat pertolongan melahirkan. Namun, pasien dirujuk ke RSU Tarutung sebab di rumah sakit itu ada dokter kandungan yang pada hari itu bertugas atau jaga.
"Saya adalah dokter umum, tidak mungkin saya menangani kelahiran. Dokter kandungan di rumah sakit ini tidak dapat saya hubungi, maka kami rujuk ke Tarutung," katanya.
Ia menyesalkan tindakan dr Sahat Siburian, dokter kandungan yang seharusnya pada hari itu jaga namun tidak bertugas. Tihar menyebut tindakan itu sebagai sikap tidak patuh pada pimpinan.
"Apapun risikonya saya sudah siap. Ketidakpatuhan dokter kepada tugas dan pimpinan sehingga ada masalah seperti ini," ucapnya seraya menyebut rumah sakit umum Porsea merupakan rumah sakit pemerintah dan sebagai pemilik adalah bupati.