Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Artis Vanessa Angel ditangkap polisi karena kasus prostitusi online. Vanessa ditangkap bersama model Avriellia Shaqilla. Keduanya terciduk di Surabaya.
Penangkapan Vannesa Angel dan Avriella Shaqilla ini mengingatkan lagi bahwa betapa rentannya internet dimasuki bisnis prostitusi. Tapi, nyatanya memang benar: bisnis hitam prostitusi juga mencicipi berkembangnya teknologi.
Prostitusi online pun terjadi di hampir semua belahan dunia. Dilansir Quartz, sebelum ada internet, pasar bisnis esek-esek masih terbatas. Ada pekerja seks yang menjajakan diri di pinggir jalan yang diawasi oleh sang muncikari, juga segmen kelas atas yang tak bisa ditemui di pinggir jalan. Mereka biasanya dikelola muncikari dan hanya 'keluar' saat ada pelanggan.
Semua segmen ini kini beralih online. Mereka melebarkan sayap dan promosi lewat internet yang cakupannya luas. Bahkan di luar negeri ada banyak situs legal khusus buat memesan PSK, yang low end atau high end.
Perkembangan bisnis kelam lewat internet juga terus meluas. Riset yang dilakukan Scott Cunningham di Baylor University dan Todd Kendal, konsultan Compas Lexecon menyebut bahwa prostitusi online mulai menggeser PSK jalanan.
Studi mereka menyebut, internet juga tak hanya mempermudah PSK melakukan promosi, tapi juga sesama PSK bisa berbagi kisa soal harga, strategi bahkan hingga peringatan terhadap konsumen yang buruk. Sebaliknya, konsumen juga bisa dengan mudah memilih PSK, harga, tempat janjian hanya lewat internet atau sosial media.
Apakah Prostitusi Online Lebih Aman?
Masih menurut Quartz, pekerja seks beresiko diperlakukan jahat oleh konsumen: bisa dirampok, tak dibayar, dianiaya bahkan dibunuh. Di Indonesia juga pernah terjadi kasus seperti ini, bila masih ingat kasus Tata Chubby yang dibunuh teman kencannya di Tebet 2015 silam. Keduanya diketahui kala itu berkenalan lewat sosial media.
Ketakutan lain adalah aparat yang menyamar sebagai teman kencan, dan akhirnya si PSK ditangkap. Peristiwa ini juga terjadi berabagai negara di dunia.
Sementara itu, menurut artikel media Inggris, Guardian, pada Januari 2018 lalu, para PSK merasakan kepuasan bekerja lewat internet, meski memang masih ada resiko yang ditakutkan sama yaitu ditangkap atau mengalami kekerasan fisik. Di Inggris, ketakutan ini tak seberapa.
Survey dilakukan terhadap 641 PSK di Inggris yang menjajakan dirinya lewat internet mencatat bahwa lebih dari 80% dari mereka puas dan sangat puas terhadap kondisi kerja mereka.
Studi akademis yang dilakukan di Universitas Leicester dan Strathclyde menemukan bahwa internet memberikan pekerja seks lebih banyak kendali terhadao kondisi kerja mereka, dan mengurangi resiko dari kekerasan fisik. Banyak yang mengalami pelecehan online, namun hanya 5% dari mereka yang disurvey mengalami kekerasan fisik pada 2016 lalu.
Studi itu mencatat PSK juga punya kualifikasi tinggi: lebih dari 1/5 punya gelar sarjana, 14,4% bahkan melanjutkan sutdinya.
Leih dari 1/3 ,emgatakan mereka tak pernah merasa stress di pekerjaan, dan leih dari 1/2 sepakat bahwa mereka dibayar lebih layak dengan 10% melapor bahwa mereka dapat 50.000 pound sterling per tahun. dtc