Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbinisdaily.com-Medan. Guru Besar Institut Teknologi Bandung (ITB), TA Sanny, mengatakan, pembangunan PLTA Batang Toru, di Kecamatan Batang Toru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatra Utara, perlu dikaji ulang. Pasalnya, lokasi itu merupakan daerah sesar gempa yang berisiko besar jika ada pembangunan.
"Dalam ilmu Geofisika itu adalah zona merah, zona kritis yang berimplikasi kepada keseimbangan alam," jelas Sanny yang menjadi saksi dalam sidang gugatan Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) terhadap Gubernur Sumatra Utara, di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Medan, Senin (7/1/2019) sebagaimana keterangan tertulis Walhi Sumut yang diterima medanbisnisdaily.com, Selasa (8/1/2019)
Sanny menyampaikan bahwa Indonesia ditekan oleh lempeng Australia. Zona merah berada di ujung Pulau Sumatra, khususnya Aceh dan Sumatra Utara karena merupakan daerah patahan terbesar. Terkait lokasi pembangunan PLTA Batang Toru, menurutnya lokasi tersebut berada dalam zona merah ring of fire Indonesia.
Lokasi tersebut juga merupakan daerah sesar gempa atau fault line. Zona merah dalam ilmu geofisika adalah zona kritis yang seharusnya perlu dilakukan kajian detil jika ingin ada pembangunan di sana.
“Dan itu adalah bangunan yang mempunyai risiko besar, istilahnya high risk building. Jika ingin melakukan pembangunan di sana maka perlu kajian secara detail yang mencakup semua aspek seperti manusia, tata ruang, lingkungan dan alam, serta sosial” ujarnya.
Menurut Sanny, harusnya dalam kajian amdal terdapat hasil kajian terkait geologi dan geofisika yang detail.
Dalam dokumen izin lingkungan atau AMDAL, lanjutan Sanny, harusnya tercantum informasi-informasi terkait geologi dan geofisika yang detil dan informatif. Karena memang ini berimplikasi besar terhadap keseimbangan alam. Patahan atau sesar ini seperti efek domino yang jika terjadi patahan di satu daerah implikasinya akan ke daerah-daerah lain.
“Kita harus belajar dari Negara Jepang yang memang sudah lebih serius dalam menangani permasalahan ini. Jangan nanti setelah infrastruktur dibangun, hanya dalam hitungan menit hancur semuanya karena tidak pernah dilakukan kajian-kajian geofisika. Saya sudah sampaikan itu kepada presiden," tambahnya.