Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Bank Indonesia (BI) memprediksi neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2018 defisit. Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo menjelaskan saat ini memang masih ada tekanan yang tinggi dari sisi impor. Namun impor tersebut juga masih terkait dengan modal karena kegiatan investasi yang cukup besar.
Dody juga menyebut, untuk konsumsi nasional saat ini masih cukup tinggi. Tingkat konsumsi ke depan juga diprediksi masih tumbuh.
"Konsumsi sendiri perlu dicatat ya, jika melihat survei perdagangan eceran itu masih tinggi. Ekspektasi konsumen untuk spendingkegiatan mereka masih cukup baik dan optimisme pertumbuhan masih ada," kata Dody di Gedung BI, Jakarta Pusat, Jumat (11/1/2019).
Kemudian dia menyampaikan pertumbuhan konsumsi kuartal IV-2018 diprediksi masih di kisaran 5-5,5% itu mendorong permintaan domestik yang menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
"Kalau defisit ya pasti defisit (neraca perdagangan), tapi trennya kan menurun. Harus dilihat juga penyebab kenaikan ekspor atau impor. Sekarang memang kita masih impor barang modal terkait investasi yang tinggi. Tapi trennya terus membaik," imbuh dia.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat realisasi ekspor Indonesia pada November mencapai US$ 14,83 miliar. Sementara impor di bulan yang sama tercatat US$ 16,88 miliar.
Dengan demikian, neraca perdagangan RI di November kembali defisit US$ 2,05 miliar. Kedua nilai ekspor dan impor itu sama-sama turun.
Angka ekspor turun 3,28% secara tahunan, sementara angka impor turun 4,47% dibandingkan posisi Oktober 2017.
"Yang sebabkan impor kita turun adalah impor migas 2,80%. Impor yang turun minyak mentah turun 2,37%," kata Kepala BPS Kecuk Suhariyanto.
Impor non migas juga turun sebesar 4,80% pada November 2018 dibandingkan bulan yang sama 2017.(dtf)