Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Wajah berseri-seri dan selalu tersenyum plus sikap ramah kepada setiap yang menyampaikan ucapan selamat, kondisi seperti itu yang diperlihatkan dokter spesialis bedah Horas Rajagukguk serta istri dan dua putranya saat hadir di ruang rapat paripurna DPRD Sumatera Utara, Selasa lalu (8/1/2019).
Menghabiskan sisa masa jabatan periode 2014-2019 yang tinggal sembilan bulan, Horas dilantik menjadi anggota DPRD Sumut. Melalui proses pergantian antar waktu, menggantikan anggota sebelumnya August Napitupulu yang meninggal dunia. Dari Fraksi PDI Perjuangan.
"Akhirnya....," demikian beberapa kali terucap dari mulut ayah tiga anak itu saat berjabat tangan dengan kerabat atau siapa saja yang menyalaminya.
Sikap itu menandai penantian menjadi anggota legislatif yang akhirnya berujung setelah empat tahun.
Menyandang gelar doktor di depan namanya ditambah "embel-embel" FINACS di belakang, menunjukkan bahwa Horas bukan orang "biasa". Dia adalah seorang ahli bedah bersertifikasi internasional. Setelah lulus dari Fakultas Kedokteran di Universitas Sumatera Utara, gelar spesialis bedah diraihnya dari Universitas Padjadjaran, Bandung. Selanjutnya doktor dari Universitas Andalas, Padang.
Menurutnya, "hijrah" dari dunia kesehatan yang telah diseriusinya berpuluh tahun ke dunia politik merupakan migrasi dari zona nyaman ke dunia kerja. Sebelum dilantik menjadi anggota dewan dia adalah dokter tetap di RS Royal Prima dan RS Bandung.
Tapi pilihan itu harus diambilnya. Horas ingin menolong banyak orang, menyelesaikan problem kesehatan dari hulu. Tidak sekadar mendiagnosa, menyuntik, membedah atau memberi obat seperti yang rutin dikerjakannya selama ini. Melainkan melahirkan kebijakan yang bisa membuat setiap warga yang tengah dalam keadaan sakit, terlebih kalangan miskin, merasa tenang karena mendapat pengobatan dengan fasilitas dan pelayanan yang memadai.
"Setiap hari ada saja yang minta tolong kepadaku soal pelayanan rumah sakit. Yang disuruh pulang dari perawatan di RS padahal belum sembuh, yang ditolak dirawat dengan alasan ruangan penuh hanya karena berstatus pasien BPJS," ujarnya kepada medanbisnisdaily.com seusai pelantikan.
Selain itu, dia juga tak mau semakin banyak warga Sumut yang pergi berobat ke luar negeri, khususnya ke Penang (Malaysia). Karena uang dari negara ini akan terbang ke sana. Dia juga tidak mau bidan digaji di bawah ketentuan upah yang berlaku. Karena akan berimplikasi pada kinerjanya.
Horas tahu betul kalau kualitas dokter di negara tetangga tidak lebih baik dari yang ada di Indonesia atau di Sumut.
"Tidak benar itu dokter di sana lebih baik, saya kan ada di dalam," paparnya.
Untuk itulah, sebagai anggota DPRD dia akan berbicara dengan anggota lainnya agar mendorong lahirnya kebijakan yang bisa membuat setiap dokter hanya bekerja di satu RS. Bukan di beberapa RS seperti saat ini.
Adalah sejarah hidupnya yang lahir dari keluarga tak punya yang membuat pria kelahiran Pematang Siantar 57 tahun lalu ini bertekad kuat menolong orang sebanyak mungkin. Sebegitu miskinnya, pagi hari sebelum berangkat sekolah dia harus berjualan sayur lebih dulu di Pajak Horas. Dengan menggunakan sepeda. Sore hari sepulang sekolah, dia harus mengumpulkan sayur untuk dijual keesokan harinya.
"Dari SD sampai SMA saya berjualan sayur. Bahkan waktu kuliah juga. Tapi mungkin banyak yang tidak yakin," ungkapnya.
Tekat kuat ingin menolong orang dengan pendapatan rendah secara tegas diperlihatkannya saat rampung dari pendidikan spesialis bedah di Bandung. Ketika hendak memilih penempatan daerah tugas, dia memilih Kota Tarutung, Tapanuli Utara. Dipilihnya agar bisa membantu orang-orang miskin disana.
"Kalau tujuan saya mau mencari uang, saya akan memilih bertugas di Bandung," katanya waktu itu kepada petugas penempatan karena ditempatkan di Pematang Siantar.
Karena keinginannya itu pula, tahun 2014 dia memutuskan berhenti dari status pegawai negeri (sekarang disebut ASN). Dengan golongan terakhir IVB. Lalu, sesuai ajakan temannya satu partai yakni Brilian Mokhtar, mencalonkan diri menjadi anggota DPRD Sumut.
Mengaku tak pernah mempraktekkan tindakan terlarang "money politics" saat berkampanye, dia berkeyakinan bahwa pemilik suara yang memilihnya adalah orang-orang yang sungguh-sungguh menginginkan terjadinya perubahan yaitu perbaikan kondisi saat ini.
"Mengalir saja...," jawabnya tentang targetnya sebagai anggota parlemen di sisa waktu masa jabatan yang tinggal sembilan bulan.