Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Berpenampilan glamor, dandanan menor, mau dianggap aneh pun tak apa yang penting kesohor. Tak peduli apa yang harus dikorbankan, kemana-mana harus tampil meyakinkan. Dunia dipenuhi kekacauan berwajah ayu, padahal sayu. Seniman Achy Askwana merepresentasikannya dalam lukisan sosok perempuan kayu berjudul I am Hero
Lukisan berjudul I am Hero dipamerkan di Pojok Seni di Parkson Lt I Center Point Medan. Seorang pengunjung pameran, Lukito mengatakannya kepada medanbisnisdaily.com saat ditanya pendapatnya tentang lukisan berukuran 100 cm x 100 cm yang dibandrol dengan 7 digit (angka).
Saat itu dia tampak 'memelototi' lukisan tersebut dan seperti tak memedulikan suasana riuh anak-anak sekolah dan pengunjung di pusat perbelanjaan yang memajang berbagai jenis pakaian. Tapi begitu fasih ketika diminta pendapatnya tentang sebuah lukisan.
Menurutnya, sosok perempuan semok bermata besar membelalak, dan tersenyum lebar dalam lukisan Achy Askwana tidak bermaksud mempertontonkan seksisme. Rambutnya yang tergerai sedemikian rupa dan baju pendek serta sepatu boot hitam, seolah sedang berlari, justru menunjukkan sosok perempuan kuat.
"Hal itu bisa dilihat dari kedua tangannya yang merepresentasikan kekuatan, tapi tak kehilangan sisi feminisnya. Kelembutan ada di rangka tubuhnya yang tetap perempuan. Nah, cerdiknya lagi, di tiap sikunya ada titik yang menyerupakannya pada patung kayu," katanya, Sabtu (12/1/2019).
Dia menambahkan, judul I am Hero, tidak lagi relevan ketika orang mau lebih terbuka dalam memeriahkan lukisan tersebut. Pertama, setiap orang punya pendapat dan karenanya harus saling menghargai. Tanpa itu, dunia akan 'panas'. Kedua, lukisan adalah karya seni yang penciptanya tak bisa mendikte penikmatnya dengan judul atau catatan tertentu.
"Itu pendapat saya. Saya mau katakan, ini pelukisnya cerdik. Tapi saya tak mau terjebak terikut dengan judulnya. Mungkin yang lebih cocok judulnya I Am A Doll, atau Pretty Doll, atau Am I Hero. Bebas, bisa apa saja. Tentu saja pelukisnya punya subyektifitas atas karyanya," katanya.
Pojok Seni merupakan pameran seni rupa dan kerajinan yang digelar di Parkson Lt. I, di Center Point Medan. Pameran digelar dari tanggal 9 Januari - 31 Januari. Di sini terdapat lebih dari 50 karya seni rupa dan kerajinan tangan. Pameran dibuka Ketua Dewan Kesenian Sumatera Utara, Baharudin Saputra.
Ketua Panitia, Raden Burhan mengatakan, selama ini pameran seni rupa lebih sering dilakukan di hotel maupun di tempat pameran seperti di Simpasri. Pameran di pusat perbelanjaan, menurutnya adalah sangat jarang dilakukan khususnya di Medan atau Sumatera Utara. Pihaknya sangat berterima kasih karena Parkson menyediakan ruang apresiasi dan turut berkontribusi mendukung seniman dan perajin di Sumatera Utara.
Dia mengaku tertantang untung menghadirkan karya seni dan kerajinan di pusat perbelanjaan. Dulu senirupa pernah berjaya di Sumatera Utara. Namun sekarang sulit menemukan ruang apresiasi. Apalagi untuk memasarkan karyanya. "Tak tau apakah penikmat seni berkurang atau bagaimana," katanya.
Karena itu, dia berharap pemerintah dan swasta membantu dan berkomitmen mendukung eksistensinya seni rupa dan kerajinan sehingga memiliki wadah yang dapat menjadi ajang edukasi dan pemasaran maupun berbagi pemahaman kepada masyarKat tentang seni rupa dan kerajinan.
"Mudah-mudahan kegiatan ini tidak hanya sampai tanggal 31 Januari tapi bisa lebih panjang," katanya.
"Kegiatan ini sengaja dilakukan karena ingin menunjukkan bahwa di pusat perbelanjaan juga bisa menikmati karya seni yang bisa mengedukasi dan menginspirasi," ujar Julia, Manajer Costumer Service Parkson Centre Point Mall.