Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Kepopuleran lagu makan daging,,,,dengan sayur kol ternyata tidak berbanding lurus dengan harga komoditas pertanian itu di pasaran. Justru harga kol saat ini anjlok. Petani pun hanya bisa pasrah.
Data lapangan yang diperoleh medanbisnisdaily.com di pasar tradisional terbesar di Kabupaten Karo, Pajak Roga Berastagi, Kamis (24/1/2019), petang, diketahui adanya penurunan nilai jual. Sejak bulan Agustus 2018 lalu-hingga hari ini, penjualan kol terus menurun. Bahkan, hingga anjlok.
Harga kol pada bulan Agustus-September tahun 2018 berada di antara Rp 5.000 hingga Rp 6.000/kg (tergantung mutu). Sedangkan pada awal Oktober, harga jual sayuran yang juga disebut kubis ini turun menjadi Rp 3.000-3.500/kg, itu pun hanya bertahan sekitar seminggu.
Pasaran harga kol dalam sepekan di pasar tradisional kembali turun menjadi Rp 2.800/kg. Harga ini bertahan sampai November. Jelang Natal dan Tahun Baru 2019, sejenak terjadi peningkatan harga menjadi Rp 3.000-3.300/kg. Usai pergantian tahun, mulai Januari tahun ini, harga kol terus mengalami penurunan rata-rata Rp 100 setiap harinya.
Hingga Kamis petang, harga jual kol petani di Pasar Roga Berastagi hanya dihargai pembeli Rp 900/kg itupun apabila berkualitas baik. Adapun harga Rp.1.000/kg hanya dalam kapasitas kecil.
“Jika penjual kolnya hanya sedikit, kami beli Rp 1.000/kg. Kasihan menawarkan harga Rp 800 atau Rp 900/kg. Tapi kalau banyak, di atas ½ ton, kami tidak berani beli seribu,’ ungkap sejumlah pembeli lokal (perengge-rengge, istilah setempat).
Di sisi lain, pengirim komoditi hortikultura antar provinsi, Kosasi, yang dihubungi juga mengakui adanya penurunan harga jual kol. Beberapa tempat pengiriman barang,, semisal Pulau Jawa dan Lampung mengalami penurunan permintaan. Hal tersebut seiring dengan masa panen petani di sejumlah tempat penghasil kubis di Jawa dan Lampung.
“Biasanya kami juga mengirim kol ke Jawa dan Lampung. Beberapa waktu lalu sampai saat ini mereka juga panen. Jadi pangsa pasar kol kita semakin berkurang. Sementara ke luar negeri semisal Malaysia atau Sangapura sudah drastis menurun. Mungkin tinggal 10% dibandingkan dulu. Kita kalah saing harga dengan kol asal Cina dan beberapa Negara ASEAN lainnya,” papar Kosasi.