Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta Harga minyak dunia melonjak 3% setelah AS menjatuhkan sanksi atas perusahaan minyak negara Venezuela PDVSA pada Selasa kemarin.
Sanksi yang diberikan AS ini dimaksudkan untuk menimbulkan kekhawatiran bagi pemerintah Venezuela yang dipimpin oleh Presiden Nicholas Maduro. Dan membuat pasokan minyak dunia jadi terganggu.
Sanksi ini menyebabkan terjadinya kenaikan harga minyak dan bensin.
"Ini adalah konsekuensi dari kebijakan luar negeri Trump," kata Direktur strategi energi global di RBC Capital Markets Michael Tran dikutip dari CNN, Rabu (30/1/2019).
AS sendiri merupakan pelanggan minyak nomor satu Venezuela. Negara Amerika Latin mengirim 506.000 barel minyak per hari ke Amerika Serikat pada Oktober, menurut statistik Departemen Energi terbaru.
Hanya Kanada, Meksiko, dan Arab Saudi yang mengirim lebih banyak minyak mentah ke AS. Sanksi yang diberikan ini memperumit hubungan antara AS dengan Venezuela.
Namun harga minyak AS melonjak sebanyak 3,7% pada hari Selasa menjadi $ 53,93 per barel karena pedagang menyerap guncangan ke pasar.
"Ini jelas berita yang menggembirakan," kata Tran.
Masalahnya adalah, meskipun AS telah berubah menjadi produsen minyak terkemuka dunia, ia masih mengandalkan minyak asing dari OPEC dan negara-negara lain.
Para investor khawatir bahwa sanksi-sanksi terbaru akan berdampak negatif pada pembeli AS dan mengirim harga minyak global melonjak.
Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret naik 1,32 dolar AS, menjadi menetap pada 53,31 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara itu, patokan global minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret naik 1,39 dolar AS, menjadi ditutup pada 61,32 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. (dtf)