Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Selalu ada usaha dagang musiman yang laris manis di setiap perayaan hari besar keagamaan maupun kebudayaan. Tak ketinggalan, di Hari Raya Imlek yang dirayakan etnis Tionghoa pun begitu. Berdagang "pang siaw" atau melepas burung adalah salah satu yang laris manis.
Disebutkan karena ajaran Buddha harus mengasihi sesama makhluk hidup, termasuk hewan, dari situ kemudian usaha melepas hewan muncul. Sebagai pengejawantahannya, diantaranya adalah melepas burung.
Seperti yang dilakoni Yudi (37). Ia menjelaskan kepada medanbisnisdaily.com, sudah sejak lama berdagang musiman menjual pang siaw. Lokasinya dekat pintu gerbang Vihara Borobudur di Jalan Imam Bonjol Medan. Tiga jenis burung yang dijualnya untuk dilepaskan seusai umat Buddha bersembahyang saat Imlek. Pipit, kroco, dan perkutut.
Hari ini, Selasa (5/2/2019), yakni hari raya Imlek 2570, sudah sejak pukul 06.00 WIB dia menawarkan pang siaw ke setiap umat Buddha yang datang bersembahyang. Ia menawarkan burung-burung itu kepada siapa saja, perempuan atau laki-laki, tua dan muda, yang hendak beranjak meninggalkan vihara.
"Pang siaw bos, ayo bos...," katanya kepada seorang pria paruh baya menawarkan burungnya.
Diantara mereka, tak sedikit umat Buddha itu yang dikenal Yudi. Karena sudah selalu membeli burung darinya untuk dilepas saat perayaan Imlek. Bahkan berapa banyak mereka biasanya membeli, dia pun hafal. "Setiap tahun kakak itu selalu melepas burung, belinya juga tak sedikit, Rp 2 - 3juta," katanya tentang seorang wanita yang memborong burung kroco sekitar pukul 14.20 WIB.
Burung pipit per-ekor dijual seharga Rp 2.000, burung kroco Rp 5.000 dan burung perkutut Rp 10.000. Biasanya yang paling banyak dijual adalah burung pipit. Hari ini dia membawa sebanyak 2.000 ekor. "Untungnya tak seberapa, pipit hanya Rp 200/ekor. Kalau perkutut Rp 2.000/ekor. Semua burung saya beli dari orang yang menangkap di hutan," ujar Yudi yang mengaku tinggal di Tembung.
Peraturan yang diberlakukan pengelola vihara yang tidak semuanya sama, ungkap Yudi, memengaruhi volume penjualan pang siaw mereka. Jam buka vihara yang lebih panjang, hingga pukul 23.00 WIB, pasti akan membuat penjualan mereka lebih besar. "Tahun ini agak payah, orang vihara ini seperti menganjurkan umatnya untuk tidak melakukan pelepasan burung," terangnya.
Katanya, salah satu vihara yang paling ramai untuk berdagang pang siaw adalah di Vihara Candi di kawasan Polresta Medan dan di vihara di Jalan Irian Barat.