Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) memuji langkah Presiden Joko Widodo yang mengeluarkan kebijakan B20 pada paruh kedua tahun 2018. Kebijakan B20 yang dikeluarkan pemerintah tersebut membuat harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) mulai terdongkrak naik, dan juga berimbas pada naiknya harga tandan buah segar (TBS) milik petani sawit, baik swadaya maupun plasma.
Mukti Sardjono selaku Direktur Eksekutif GAPKI kepada medanbisnisdaily.com, Kamis (7/2/2019), menyebutkan, program biodiesel mandatori B20 sangat diapresiasi oleh GAPKI. Pihaknya memandang kalau pemerintah sudah mengambil langkah yang tepat dengan memberlakukan perluasan mandatori B20 kepada Non-PSO atau di kalangan usaha swasta.
Kata dia, program ini cukup mendukung dalam penyerapan CPO di dalam negeri yang memang melimpah. Ia melihat kinerja penyerapan biodiesel ini menunjukkan bahwa program mandatori B20 berjalan dengan konsisten.
"Tahun 2018 penyerapan biodiesel di dalam negeri melalui program mandatori B20 mencapai 3,8 juta ton atau naik 72% dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya mampu mencapai 2,22 juta ton," ujar Mukti Sarjono.
Pihaknya sendiri melihat tahun 2018 sebagai tahun yang penuh tantangan. "Kalau kami di GAPKI bilang begini, sawitku sayang, sawitku semakin tertantang. Kami rasa kiasan ini cukup tepat untuk mewakili perjalanan industri sawit Indonesia tahun 2018 yang penuh fitnah dan kampanye hitam dari kelompok antisawit," ujar Mukti.
Selain itu, dia mengungkapkan, industri yang notabene menjadi mesin penghasil devisa terbesar Indonesia, menghadapi fluktuasi harga yang menurun, produksi yang melimpah dan berbagai tekanan negatif terhadap keberadaan industri kelapa sawit. Ia memandang, di tengah berbagai kesulitan yang dihadapi, industri sawit Indonesia tetap berjuang dan mengokohkan kuda-kudanya untuk bertahan serta semakin berkembang.
"Tahun 2018, ekspor minyak sawit Indonesia secara keseluruhan, baik CPO dan produk turunannya, biodiesel dan oleochemical, membukukan kenaikan sebesar 8% atau dari 32,18 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 34,71 juta ton di 2018. Peningkatan yang paling signifikan secara persentase dicatatkan oleh biodiesel Indonsia yaitu sebesar 851% atau dari 164 ribu ton pada 2017 meroket menjadi 1,56 juta ton di 2018," ujar Mukti.
Kata dia, peningkatan ekspor biodiesel karena Indonesia memenangkan kasus tuduhan anti-dumping biodiesel oleh Uni Eropa di WTO. Lalu, peningkatan ekspor juga diikuti oleh produk turunan CPO (refined CPO dan lauric oil) sebesar 7% atau dari 23,89 juta ton pada 2017 meningkat menjadi 25,46 juta ton di 2018. Ekspor Olechmical juga mencatatkan kenaikan 16% (2017, 970 ribu ton; 2018, 1,12 juta ton).