Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Kudus. Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menilai tensi tinggi menjelang Pilpres adalah dampak dramatisasi politik oleh pihak yang menciptakan suasana seolah Indonesia sedang mencekam. Seharusnya ormas dan civil society mampu menjadi kekuatan peredam.
Haedar melihat tensi tinggi sering terjadi karena ada pihak atau siapapun yang mendramatisasi keadaan di luar proporsi yang semestinya. Dramatisasi itu dilakukan oleh siapapun yang menciptakan suasana seolah-olah Indonesia gawat darurat.
"Mengajak kepada kekuatan-kekuatan penyeimbang, kekuatan ormas dan civil society untuk menjadi kekuatan mediator, menjadi kekuatan peredam sekaligus juga menciptakan suasana yang lebih rileks dalam politik," kata Haedar kepada wartawan saat menghadiri pengajian umum Milad 2 Windu Ponpes Muhammadiyah di Desa Singocandi, Kudus, Minggu (10/2/2019).
Haedar berharap kontestasi politik dikelola dengan dialog terbuka untuk adu argumentasi yang kuat. Dengan demikian akan timbul suasana nyaman tanpa harus saling menjatuhkan.
"Kalau itu yang terjadi, insyaallah politik kita masuk moderat. Kesimpulannya bahwa politik Indonesia dan kontestasi politik pada titik atau jalan yang moderat. Insya Allah Muhammadiyah akan berdiri dari situ," tegasnya.
Kepada masyarakat umum, Haedar juga berpesan agar bisa berpolitik dengan baik. Semangat untuk memilih itu capresnya jangan diungkapkan di tempat yang tidak semestinya serta bisa memanfaatkan medsos dengan bijak. Demikian juga ketika sedang berfoto.
"Berfoto itu kalau kita nikmati jadi riang, malah pakai simbol-simbol. Entah itu dukung ini, dukung itu. Kurangilah hal-hal yang seperti itu. Karena ada suasana yang semestinya gembira tapi malah tidak nyaman," ujarnya.(dtc)