Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Sistem pembayaran digital telah berkembang saat ini. Dua yang tengah populer di masyarakat Indonesia ialah GoPay dan OVO.
Berkembangnya dompet digital ini sering diasosiasikan dengan gerakan 'bakar duit' untuk menarik jumlah pengguna. Salah satunya dengan cara jor-joran memberi diskon.
Pertanyaannya, ampuhkah aksi bakar duit ini menarik jumlah pengguna?
Pengamat industri digital dari Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menerangkan, aksi bakar duit memang proses biasa yang dilewati perusahaan rintisan. Dia menerangkan, di awal perusahaan mesti mengeluarkan uang untuk berbagai keperluan dari membangun sistem hingga pemasaran.
"Untuk awal iya (bakar duit) karena harus keluar uang untuk membangun sistem, marketing, dan mengakuisisi pengguna serta partner," kata dia, Rabu (13/2/2019).
Dia melanjutkan, perusahaan ini memang biasanya akan melakukan aksi itu dalam 3 hingga 5 tahun pertama. Para pemodal akan terus mendorong perusahaan mencari pendanaan sehingga investasi berlipat ganda.
"Ya memang terkesan bakar duit, tapi sesungguhnya begitulah startup berproses hingga jadi unicorn, decacorn atau masuk bursa. Semua akan melalui proses itu," sambungnya.
Bagi perusahaan yang tidak kuat secara permodalan, menurutnya bakal mundur alias berguguran di dua sampai tiga tahun pertama. Meski memang, pendanaan juga bukan segalanya. Perusahaan juga harus didukung dengan kinerja yang baik.
"Hanya memang uang yang digelontorkan harus seimbang dengan upaya atau hasil apa yang bisa diukur. Misal jumlah pengguna signifikan, partner bertambah, uang yang berputar makin besar," terangnya.(dtf)