Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pernyataan mantan Guru Besar Sosiologi dan Antropologi Budaya Unimed, Prof Bungaran Antonius Simanjuntak (BAS) soal bangsa Eropa takut bila Danau Toba maju, ditanggapi pegiat budaya Batak, Thompson Hs. Menurut seniman yang sejak tahun 2013 beberapa kali menggelar kampanye penyelamatan Danau Toba di Eropa, khususnya Jerman, melalui gerakan seni ini, justru pemerintah pusat yang tak jelas. Dan terkesan takut bila Danau Toba maju.
Ketakutan itu ditunjukkan dengan memberikan izin investasi kepada sejumlah perusahaan perusak lingkungan tanpa diketahui masyarakat sejelasnya.
"Konspirasi di Jakarta takut Danau Toba maju, karena mereka yang berikan izin Aquafarm, TPL, dan lain-lain. Dan takut untuk menutupnya juga," katanya kepada medanbisnisdaily.com Rabu, (14/2/2019).
Ditegaskannya, kalau ada perlawanan dari daerah, pemerintah pusat langsung cepat menuduh daerah separatis. Padahal perlawanan itu logis. Justru pemerintah pusat yang sering berkonspirasi membuat kebijakan yang merugikan daerah.
Sebelumnya, Prof BAS mengungkapkan kecurigaannya bahwa Eropa takut kalau Danau Toba maju. Hal itu ia kaitkan dengan kebijakan negara Swiss yang konon tak membolehkan ada Kerambah Jaring Apung (KJA) di danau yang menjadi andalan wisata negara itu, namun warganya justru berinvestasi budi daya ikan nila lewat KJA di Danau Toba.
"Mereka numpang di negara kita. Buang kotoran di Danau Toba, sementara danau-danau mereka tetap terjaga. Sepertinya mereka takut kalau Danau Toba menyaingi wisata mereka," katanya saat dialog 'Peduli Danau Toba' yang digelar di Studio 2 TVRI Sumut, Selasa (13/2/2019).