Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Demi mengejar kenaikan jabatan akademis baik profesor maupun guru besar, masih banyak ditemukan penelitian yang tidak orisinal yang diajukan seorang dosen kepada tim penilai.
Hal itu dikatakan Prof Dr Ir Djoko Santoso MSc dari Senat Akademik (SA) Institut Teknologi Bandung (ITB) dalam diskusi panel bertajuk "Linieritas Keilmuan dan Kenaikan Pangkat Profesor" yang digelar di Gelanggang Mahasiswa Universitas Sumatra Utara (USU) Jalan Dr Mansur Medan, Senin (18/2/2019).
"Ada penelitian yang sama, judulnya beda tapi datanya sama. Kalau begini besar kemungkinan bukan dia yang mengerjakan," kata Djoko.
Selain itu, lanjutnya, ada juga penelitian yang tidak linier. Terutama pada bab tujuan dan kesimpulan. "Bagaimana penelitian bisa disimpulkan, bila tujuan penelitian samar atau tidak jelas.
Dikatakannya sebuah penelitian sudah tercermin dari bab pendahuluan. Dari sana dapat dinilai, apakah penelitian itu layak atau tidak diteruskan. "Karena itu, makin teliti sebuah penelitian makin baik," ujarnya.
Sedangkan bagi yang sudah meraih gelar profesor atau guru besar, bukan berarti lepas begitu saja. Sekarang ada tim penilai yang mengevaluasi apakah dosen tersebut masih berada dalam jalur atau meneruskan keilmuannya atau tidak. "Jika menyalahi urusannya bisa panjang. Namun demikian sejauh ini 95 % profesor atau guru besar masih berada dalam keilmuannya dan mengembangkannya," terang Djoko.
Sesuai rundown panitia, diskusi panel itu menghadirkan pembicara Prof Yanuarsyah (Tim Penilai Angka Kredit/PAK Pusat) dan Prof Juanda Nawawi dari Universitas Hasanuddin. Sedangkan Prof Djoko Santoso bersama Prof And Latief Toleng bertindak selaku perumus diskusi.