Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Sudirman Said, mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di awal pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap pertemuan antara Jokowi dan James Robert Moffett. Menurut Sudirman pertemuan antara Jokowi dan pria yang biasa dipanggil Jim Bob Moffett itu terjadi pada Oktober 2015.
Saat itu Moffett masih menjabat Executive Chairman Freeport McMoRan Freeport-McMoRan Inc, sebelum mungundurkan diri akhir Desember 2015. Pihak PT Freeport Indonesia pun merespons pernyataan Sudirman tersebut.
"Saya tidak mengetahui tentang pertemuan yang dimaksud. Saya tidak mengetahui jadwal Pak Moffett ke Indonesia," kata Juru Bicara PTFI Riza Pratama kepada detikFinance, Rabu (20/2/2019).
Sebelumnya, Sudirman menceritakan kronologis dikuasainya saham Freeport Indonesia sebesar 51 persen. Dia menyatakan paket deal saham itu tak sepenuhnya menguntungkan Indonesia.
Bermula pada 7 Oktober 2015, saat itu Sudirman yang masih menjabat sebagai Menteri ESDM dipanggil mendadak oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara. Ketika dia sampai di Istana, dia diberi tahu oleh asisten Presiden bahwa tidak ada pertemuan, namun dia tetap diperintahkan menghadap Presiden.
Singkat cerita, sesampainya dia di ruangan kerja Jokowi, Sudirman melihat ada Jim Moffett, yang kala itu menjabat sebagai Executive Chairman Freeport McMoRan, sedang mengadakan pertemuan dengan Jokowi. Di sana Sudirman diperintahkan Jokowi untuk membuat draft mengenai kesepakatan pembelian saham.
"Dan tidak panjang lebar, Presiden hanya katakan 'tolong siapkan surat, seperti yang dibutuhkan, kira-kira kita ini ingin menjaga keberlangsungan investasi lah', nanti dibicarakan setelah pertemuan ini, 'baik pak Presiden'. Maka keluarlah saya bersama Pak Jim Moffett ke suatu tempat," ujar Sudirman di acara bedah buku bertajuk 'Satu Dekade Nasionalisme Pertambangan' di Jalan Adityawarman, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (20/2/2019).
Sesampainya di sebuah tempat, Moffett menyodorkan draf kesepakatan. Menurut Sudirman, draf itu tidak menguntungkan Indonesia.
"Pak Moffet sodorkan draft, kira-kira surat yang dibutuhkan seperti itu. Saya bilang sama Moffet 'this is not the way i do business, kalau saya ikuti draft-mu, maka yang akan ada Presiden negara didikte korporasi'. Saya tidak lakukan itu, 'yout tell me what we have been discussed with president', dan saya akan buat draft yang lindungi kepentingan republik'," kata Sudirman seraya menirukan perkataannya kepada Moffett.
Kemudian setelah pertemuan dengan Moffett, Sudirman langsung menyampaikan draft tersebut kepada Jokowi. Menurut Sudirman, saat itu Jokowi disebut langsung menyetujui, padahal menurut Sudirman draf tersebut hanya menguntungkan pihak Freeport bukan Indonesia.
"Bapak dan Ibu tahu komentarnya pak presiden apa? dia mengatakan 'lho kok begini saja sudah mau? Kalau mau lebih kuat lagi sebetulnya diberi saja'. Jadi mungkin saja ketika pagi itu, saya nggak ikut diskusi, saya datang tulis surat, dan saya nggak tahu sebelum pertemuan itu ada siapa. Jadi saya disuruh nulis surat dengan level ini aman, nggak merusak. Tapi pak Presiden bilang 'kok begini nggak mau', jadi mungkin tanggal 7 itu mungkin sudah ada komitmen yang lebih kuat, yang dikatakan surat itu perkuat posisi mereka, dan lemahkan posisi kita," ungkap Sudirman.
Sudirman menilai pertemuan antara Jokowi-Moffett itu bukanlah pertemuan normal layaknya pertemuan biasa. Sebab, setelah draft tersebut disetujui Jokowi, angka saham Amerika naik.
"Dan saya paham itu bukan pertemuan normal. Tetapi dari segi hukum saya rasa dapat proteksi dari kepala biro hukum saya dan sekjen. Itulah cerita surat itu," tutur Sudirman.dtc