Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Di tengah maraknya kasus-kasus intoleransi yang mengarah pada perpecahan bangsa belakangan ini, masyarakat sastra Indonesia, khususnya di Sumatra Utara, berharap sastrawan ikut menyebarkan semangat persatuan untuk menangkal bibit-bibit intoleransi di masyarakat. Sastra dinilai efektif menjadi media pemersatu di zaman digital ini.
Hal itu menjadi salah satu poin dalam Omong-omong Sastra (OoS) yang berlangsung di Balai Bahasa Sumatra Utara (BBSU), Jalan Kolam Ujung Medan Estate, Medan, Minggu (24/2/2019).
Selain itu, dalam Oos juga muncul pemikiran sastra antinarkoba sebagai perlawanan menghempang kejahatan narkoba serta formulasi sastra digital yang direncanakan akan menjadi agenda OoS mendatang.
Tiga narasumber Oos kali ini mengangkat topik berbeda namun tetap masih beririsan. Antara lain, Puisi Sebagai Media Toleransi (Siamir Marulafau), Amir Hamzah dan Kepenyairan Sumatra Utara (Tsi Taura) Perempuan dan Alam dalam Konsep Ekofeminisme (Tiflatul Husna) yang makalahnya dibacakan Sartika Sari.
"Alhamdulillah peserta OoS kali ini cukup apresiatif dan datang dari berbagai daerah di Sumatra Utara," kata Suyadi San, salah seorang panitia penyelenggara kepada medanbisnisdaily.com, Minggu malam (24/2/2019).
Kepala BBSU Fairul Zabadi berharap, BBSU menjadi rumah kedua seniman Sumatra Utara. Dikatakannya pihaknya berencana akan menggelar musyawarah sastrawan Sumatra Utara dalam waktu dekat. Sementara pendiri OoS yang juga mantan Kepala BBSU, Shafwan Hadi menceritakan sejarah berdirinya OoS yang ikut berperan dalam kancah sastra tanah air.
Selain dari Medan dan Deliserdang, peserta OoS kali ini datang dari Tapanuli Tengah, Tanjungbalai, Asahan, Tapanuli Utara, Binjai dan Langkat.