Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. PT Sarana Sumut Ventura menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 300 miliar di tahun 2019. Target tersebut jauh di atas realisasi pembiayaan di tahun 2018 yang mencapai Rp Rp 26,8 miliar.
Direktur Regional Sumatera PT Sarana Sumut Ventura, Sri Wahyuni, mengatakan, target Rp 300 miliar salah satunya akan dicapai dengan penambahan kantor cabang yang ditargetkan sebanyak 24 kantor di seluruh Indonesia di tahun 2019 ini.
"Saat ini, Sumut Ventura baru ada enam cabang yakni di Medan, Tangerang, Ciputat, Malabar, Cimahi dan Bandung. Tentu dengan penambahan 24 cabang sehingga nanti totalnya 30 cabang, kami optimis bisa menyalurkan pembiayaan Rp 300 miliar tahun 2019 ini," katanya, di Kantor Sumut Ventura Medan, Selasa (26/2/2019).
Begitupun, kata Wahyuni, ekspansi Sumut Ventura yang kini memiliki aset Rp 70 miliar, akan tetap disesuaikan dengan sumber dananya. Karena saat ini, pendanaannya masih bergantung pada pemegang saham. Karenanya, diharapkan ada pendanaan dari pemerintah, bank dan lembaga lain yang memiliki fokus ke segmentasi mikro.
Wahyuni mengatakan, bisnis Sumut Ventura saat ini lebih fokus pada pembiayaan ultra mikro. Sejak diluncurkan pada November 2017, pembiayaan mikro terus tumbuh dan di tahun 2018 mampu menyalurkan pembiayaan Rp 15 miliar dengan nasabah sebanyak 6.700 di enam kantor cabang. Dari jumlah itu, Medan masih mendominasi dengan 5.500 nasabah.
Sejauh ini, pembiayaan Sumut Ventura terbesar masih ke sektor perdagangan dengan persentase sebesar 91%. Sisanya adalah sektor jasa, pertanian dan industri kecil. Pembiayaan yang ditawarkan yakni berkisar Rp 1 hingga Rp 3 juta untuk siklus pertama, lalu siklus kedua hingga Rp 8 juta, dan siklus ketiga hingga Rp 10 juta. Lama pinjamannya 6-12 bulan dengan suku bunga sebesar 2,6% per bulan.
"Nasabah mikro Sumut Ventura hampir semuanya ibu-ibu. Karena ini pembiayaan sentra, maka penyalurannya berkelompok dengan jumlah minimal 15 orang. Tentu dengan komitmen memberikan pembiayaan ke sektor yang produktif, sangat diharapkan bisa membantu membesarkan usaha ibu-ibu tersebut," kata Wahyuni.
Terkait kredit bermasalah atau non performing loan (NPL), per Desember 2018 ada di kisaran 3%. Menurut Wahyuni, persentase tersebut terbilang kecil apalagi mengingat pembiayaan mikro tersebut tanpa jaminan.
Karenanya, kata Wahyuni, sangat diharapkan ada suntikan dana dari pihak lain agar pembiayaan ultra mikro yang digagas pihaknya bisa terus berkembang. Paling penting, bisa membiayai lebih banyak usaha mikro di Sumut bahkan di seluruh Indonesia.