Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Wibi Nugraha, aktivis lingkungan yang peduli dengan hutan mangrove tak dapat membendung air mata, ketika melihat seekor lutung betina mati di dekapan anaknya.
Rasa haru Wibi itu juga dirasakan ibu lutung beberapa saat sebelum merenggang nyawa. Ibu lutung menangis karena merasa sedih berpisah dengan anaknya yang tidak bisa lagi tinggal di hutan, ibu lutung tewas tertembak oleh warga saat migran ke pemukiman penduduk akibat punahnya hutan bakau yang menjadi tempat habitat hewan mamalia tersebut.
Kenangan yang disaksikan langsung Wibi Nugraha pada tahun 2009 di sebuah desa di Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang ini diceritakan Wibi kepada Juliani Siregar, Kabid Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatra Utara pada satu forum diskusi tentang telaah data alih fungsi kawasan hutan dan perusak lingkungan hidup di Sumut yang berlangsung di Triple S Caffee, Jalan Karya No 1 Karang Berombak, Kota Medan, Kamis (28/2/2019) sore.
Wibi mengatakan, punahnya sejumlah hutan bakau di Pantai Timur Sumatera Utara, membuat sejumlah lutung perpindah tempat, bahkan masuk ke perkampungan penduduk dan tidak sedikit hewan mamalia itu tewas ditangan jahil manusia yang iseng menghabisi nyawa lutung dengan cara menembak atau memanahnya.
"Setelah menyaksikan itu, saya bertekad untuk menyumbangkan tenaga untuk menanam bakau di kawasan-kawasan yang telah punah hutan bakaunya agar para satwa bisa tumbuh kembang di lingkungannya," ujar Wibi.
Juliani Siregar yang mendengar kisah Wibi, sempat terharu juga. Diakuinya, saat ini banyak hutan di Sumatera Utara dialihfungsikan. "Ada hutan yang dialihfungsikan untuk pertambakan, lahan sawit, perkebunan dan lainnya," kata Yuliani.
Kabid Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Provinsi Sumut tersebut, mengucapkan terima kasih kepada pria yang kini telah dikaruniai dua orang anak tersebut. Meski dengan penuh sukarela masih mau menanam mangrove untuk melestarikan pesisir pantai. "Kami siap menerima Wibi untuk membicarakan penanaman mangrove, di kantor kami banyak bibit mangrove yang bisa ditanam, silahkan datang menghadap,"ujar Yuliani dalam diskusi tersebut.
Secara terpisah, Wibi Nugraha kepada medanbisnisdaily.com, mengatakan, usaha pembibitan dan penanaman bakau yang dilakukan di kawasan pesisir selama ini dilakukannya secara swadaya. Kalau pun ada bantuan yang diberikan hanya dari teman-teman aktivis lingkungan semata dan belum ada bantuan dari pihak pemerintah. "Saya paling tidak suka menerima bantuan yang sifatnya mengikat, lebih baik saya tinggal di hutan berhari-hari," ujarnya.
Pria asal Jakarta dan menikah dengan seorang gadis, Wina Widya asal Besitang, Langkat, Sumatera Utara pada 2011 lalu, katanya, selalu mendapat dukungan penuh dari sang istri sebagai aktivis lingkungan. "Sang istri adalah wanita terhebat bagi ku, Wina Widya selalu memberikan semangat, katanya, rezeki Allah SWT yang atur. Teruskan perjuangan mu jangan malu berlumpur, jangan takut kami ga makan, niatkan tanam bakau agar lutung punya rumah," ujar Wibi menyampaikan pesan istrinya.
Wibi Nugraha yang beberapa kali mendapat penghargaan lingkungan hidup, kini kembali diusulkan dari Sumatera Utara untuk menjadi nominator penerima Kalpataru 2019, sebuah kebanggaan bagi aktivis lingkungan.