Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Berbicara di hadapan ratusan orang Batak Kota Medan di salah satu wisma di kawasan Jalan Pancing Medan, Rabu (6/3/2019), calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Willem Tumpal Pandapotan (WTP) Simarmata membocorkan satu rahasia tentang masa lalunya yang lolos dari penangkapan polisi akibat keterlibatannya dalam mendukung pembentukan Provinsi Tapanuli Utara (Protap).
Kenangnya, saat terjadinya penangkapan besar-besaran terhadap para pegiat Protap sekitar belasan tahun lalu, dia bersama sejumlah penggerak massa, seperti Jumongkas Hutagaol, tengah berada di Hotel Antares, Jalan Sisingamangaraja, Medan. Oleh aparat kepolisian bersama para intel tempat tersebut sudah dipantau. Sebab, dalam waktu yang sama tengah berlangsung demonstrasi massa di gedung DPRD Sumut.
Karena demonstrasi kemudian berubah menjadi ricuh dan terjadi aksi penangkapan oleh polisi kepada peserta, Hotel Antares pun "dikepung". Juga akan dilakukan penyidikan terhadap tokoh-tokoh Protap.
"Untungnya waktu itu ada polisi yang mengingatkan saya akan terjadi penangkapan di hotel tersebut, setelah itu saya pergi dan lolos. Itulah makanya saya tak ditangkap seperti Jumongkas," ungkapnya.
Jumongkas, Chandra Panggabean (pemilik Suratkabar SIB), Gelmok Samosir (caleg DPRD Medan dari Partai Nasdem), adalah beberapa orang yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara saat itu.
Hingga kini semangat untuk memisahkan Tapanuli dari Sumut agar menjadi provinsi tersendiri masih bergelora di hati Ephorus Emeritus HKBP ini. Saat dirinya terpilih menjadi anggota DPD dan Jokowi ditetapkan menjadi preseden untuk periode kedua nantinya, perjuangan lama itu akan dihidupkan.
Tentang jiwanya yang cenderung seperti "pemberontak", tutur WTP, sudah merupakan wataknya sejak masih berstatus mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi HKBP di Pematang Siantar. Misalnya, jika menu makanan di asrama mahasiswa tempatnya tinggal dianggap tidak "becus", "komando" darinya agar para penghuni melawan diteriakkan.
Kini, WTP "menjelma" menjadi politisi. Dia menegaskan agar pendeta juga paham dan terjun ke dunia politik agar tidak "dijatuhkan" dalam upaya memperjuangkan satu kepentingan warga.