Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Laporan data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melemah membuat bursa saham Wall Street dalam lima sesi berturut-turut melorot dan membukukan penurunan mingguan terbesar sejak bursa saham jatuh pada 2018.
Menurut data yang dirilis Pemerintah AS, penciptaan lapangan kerja sektor non-pertanian periode Februari sebanyak 20.000, sangat jauh di bawah target 180.000.
Laporan data tenaga kerja AS yang melemah ini menambah kekhawatiran ekonomi seiring ekspor China yang juga turun tajam. Bank Sentral Eropa juga memangkas pertumbuhan ekonomi untuk wilayah tersebut.
"Orang-orang khawatir tentang laporan pekerjaan dan pertumbuhan global secara umum, dan itu mendorong pasar lebih rendah," kata Brent Schutte, kepala strategi investasi di Northwestern Mutual Wealth Management Company di Milwaukee, seperti dikutip Reuters, Sabtu (9/3/2019).
Investor mencatat laporan yang terjadi hanya dipengaruhi oleh efek musiman dan penutupan pemerintah. Ini juga yang membuat bursa saham berakhir tidak terlalu terjun dalam.
"Ketika orang-orang menjauh dari berita utama, mereka berkata," Hei, ini hanya satu laporan. Ekonomi kemungkinan tidak lemah seperti yang disarankan oleh satu laporan ini '," kata Keith Lerner, Kepala Strategi Pasar, Layanan Penasihat SunTrust di Atlanta.
Pelemahan bursa saham Wall Street baru baru ini juga menghentikan reli yang dimulai tahun 2019 karena didorong kesepakatan perdagangan antara AS-China, serta The Federal Reserve (The Fed) diramal kurang agresif dalam menaikkan suku bunga.
Pada penutupan perdagangan saham (Sabtu pagi WIB). Indeks Dow Jones turun 22,99 poin, atau 0,09% ke 25.450,24, Indeks S&P 500 kehilangan 5,86 poin, atau turun 0,2% menjadi 2.743,07. Indeks saham Nasdaq Composite turun 13,32 poin, atau 0,18% menjadi 7.408,14. Penurunan Nasdaq menjadi akhir dari tren kenaikan selama 10 minggu terakhir. (dtf)