Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jumlah pengangguran di Indonesia saat ini tercatat sekitar 7 juta orang. Walau terlihat besar, namun tingkat pengangguran ini terus mengalami penurunan dari waktu ke waktu.
Demikian diungkapkan Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance Eko Listiyanto dalam diskusi Pemanasan Jelang Debat Ketiga: Menyelesaikan Masalah Struktural Ketenagakerjaan di Jakarta, Kamis (14/3/2019).
"Pengangguran angkanya memang selalu turun. Trennya memang turun, dari 2005," kata Eko.
Meski begitu, Eko mengatakan, penurunan tingkat pengangguran terus melambat dari waktu ke waktu. Pemerintah dinilai semakin kesulitan untuk dapat menurunkan jumlah pengangguran yang ada.
Eko mencontohkan, di era Pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni (SBY). Pada periode pertama pemerintahan SBY dapat menurunkan tingkat penganguran dari dua digit menjadi satu digit. Tapi, lama kelamaan penurunan tingkat kemiskinan kian melambat.
Hal ini juga terjadi hingga periode Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Pak SBY periode 1 bisa turun dari double digit ke single digit, sampai ke 7,87%. Tapi setelah itu mulai agak susah menurunkan tingkat pengangguran. Memang periode Pak SBY yang kedua juga lebih susah," kata Eko.
"Kemudian di era Pak Jokowi juga sudah. Ada sedikit penurunan, cuma angkanya lebih kecil," sambungnya.
Eko juga merinci, saat ini jumlah pengangguran yang ada tersebut masih didominasi oleh orang dengan tingkat lulusan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
"Dari sisi struktur pengangguran kita sebagian besar paling besar lulusan SMA. Itu 27%. Kedua SMK 25%. Ketiga adalah SMP," jelasnya.
Sementara itu, Ekonom Senior INDEF Fadhil Hasan mengatakan saat ini total tenaga kerja di Indonesia tercatat mencapai 124 juta. Dari jumlah itu, pekerja di sektor informal masih mendominasi.
"Dari total tenaga kerja kita yang jumlahnya 131 juta. Yang bekerja itu sebesar 124,4 juta atau sekitar 94%. Di sektor formal itu sebesar 39,71%. Yang informal adalah 60%. Kemudian pengangguran 7 juta," kata Fadhil.
Saat ini, kata Fadhil, yang menjadi penyebab masih banyaknya jumlah pengangguran ialah kurang sesuainya kebutuhan tenaga kerja dari industri dengan kualitas yang dimiliki dari tenaga kerja itu sendiri.
"Jadi sekarang ini kita terlalu fokus kepada supply driven, jadi bagaimana supply driven, bukan main driven. Jadi kalau main driven memenuhi kebutuhan daripada pihak yang memerlukan tenaga kerja tersebut," katanya.
"Tetapi yang sekarang terjadi sekarang supply driven. Jadi pemerintah atau swasta melakukan pendidikan atau keahlian vokasi dan lainnya, tanpa memperhatikan kebutuhan permintaan dunia usaha dan industri. Jadi supply tenaga kerja kita tidak sejalan dengan kebutuhan industri," tuturnya.(dtf)