Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kalau di Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatra Utara, setiap bentangan pantai pasti sudah jadi tempat wisata yang ramai dikunjungi. Kemudian, Pantai Bulbul, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, yang hanya secuil saja pantai Danau Toba-nya, namun selalu ramai dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah. Pantai Bulbul pun kini kesohor.
Namun sebaliknya terjadi di Kepulauan Nias. Wilayah yang memiliki wisata kelas bahari kelas dunia ini justru terlupakan. Dalam kunjungan medanbisnisdaily.com ke Nias, 13-15 Maret 2019, pantai-pantai indah di tepian laut Nias, hampir tak satupun diisi aktivitas pariwisata. Dan juga hampir tak ada pengunjung wisata di sana. Sungguh sebuah ironi, daerah wisata namun sepu kunjungan.
Persis hanya Pantai Sorake di Nias Selatan yang "hidup". Maklum, Pantai Sorake menjadi pilihan para pe-surfing dunia karena ombaknya yang menantang nan indah.
Menurut warga setempat, sedikitnya 10 orang per harinya turis mancanegara menjajal ombak Sorake. Ada juga satu dua orang turis lokal. Begitupun, itu sudah sedikit mendongkrak ekonomi warga. Rumah warga setempat layaknya Homestay bagi turis.
Padahal pantai yang mengelilingi perairan Nias, sangat mempesona. Liuk-liuk ombak yang menakjubkan dan bentangan air biru yang memanjakan mata. Angin yang kencang seolah membisikkan untuk betah di sana.
Lambatnya perkembangan wisata bahari Nias di tengah potensinya yang luar biasa, menunjukkan sejatinya kurangnya perhatian pemerintah. Di sisi lain lambannya perkembangan itu juga faktor kurang mengertinya warga Nias mengelola pariwisata.
Padahal jika itu dikekola, dipastikan mendorong kesejahteraan warga Nias. Karena kekurang mengertian mengelola wisata, warga Nias pun menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian dan perkebunan, semisal pertanaman padi, jagung, kelapa dan karet dan ternak babi.
Namun begitu pun, banyaknya pohon kelapa yang hampir dimiliki setiap rumah tangga di pedesaan, tak juga memberi dampak berarti untuk kesejahteraan masyarakat. Hal yang mungkin berbeda jika misalnya pabrik pengelolaan kelapa digalakkan.
Sehingga tidak heran jika daerah Kepulauan Nias masih menjadi daerah tertinggal di Sumut. Tak cukup dengan APBD lima kabupaten/kota di Nias (Nias, Nias Barat, Nias Utara, Nias Selatan dan Gunung Sitoli), menggenjot pembangunan. Sejatinya harus disokong dari APBD Sumut, APBN.
Alokasi anggaran dari BUMN-BUMN, juga mesti diperbanyak. Salah satu contoh BUMN yang aktif mengalokasikan dana pembangunan di Nias adalah PT PLN (Persero), yang membangun sistem kelistrikan seperti gardu induk dan transmisi serta listrik desa.
BUMN lainnya adalah PT Pertamina (Persero) yang terus menambah pasokan bahan bakar minyak, SPBU dan SPBU mini. Kemudian stok kebutuhan gas untuk rumah tangga dan pelaku usaha juga ditambah.
Sekaitan dengan telah diluncurkannya Sail Nias Tahun 2019 bertemakan "Nias Menuju Gerbang Destinasi Wisata Bahari Dunia" di Grand Ballroom Hotel Sultan Jakarta, Kamis (14/3/2019) malam, membuka kembali harapan bangkitnya wisata bahari Nias.
Pembukaan ditandai dengan pemukulan Gendang 'Fodrahi' bersama-sama Wakil Gubsu Musa Rajekshah, Bupati Nisel Hilarius Duha selaku tuan rumah, Menkumham Yasonna Laoly selaku Ketua Panitia Pusat Sail Nias 2019, Menko Bidang PMK Puan Maharani selaku Wakil Ketua Panitia Pengarah, dan mewakili Menteri Pariwisata yakni Penasehat Kehormatan Menteri Pariwisata Indroyono Susilo.
Sail Nias 2019 akan berlangsung Juli hingga September 2019 di lima kabupaten/kota Nias dengan 17 rangkaian kegiatan. Puncak acara direncanakan terlaksana pada bulan September di Teluk Dalam, Nisel.
Adapun beberapa rangkaian diantara 17 kegiatan yakni World Surf League Nias, Wonderful Expo, Parade Kapal Nelayan Tradisional, Seminar Warisan Budaya Nias, Kuliner, Festival Lompat Batu (Fahombo Batu), Ekspedisi, Fetival Kepulauan, Atraksi Terjun Payung, dan lainnya.
Harapannya agar Sail Nias Tahun 2019 bukan saja kegiatan seremoni untuk menghabiskan anggaran, akan tetapi harus mampu mencapai sasaran bangkitnya wisata bahari Nias untuk mendorong bertumbuhnya perekonomian Nias.
Kemudian yang tak boleh diabaikan adalah kelancaran akses transportasi udara dan laut menuju Nias. Pemerintah misalnya harus gencar mengadakan paket promo wisata dan penerbangan.