Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pesta adat Batak kian kehilangan nilai. Ukuran keberhasilannya semata-mata sering didasarkan dari banyaknya orang yang datang. Padahal dalam pesta adat Batak, tidak ada istilah undangan, semua orang yang hadir karena berdasarkan peran masing-masing di dalam adat. Apakah sebagai boru (pihak perempuan), dongan tubu (semarga), hula-hula (pihak tulang), bere/ibere, rekan sejawat dan sebagainya.
Namun karena kuantitas dianggap menjadi ukuran keberhasilan pesta, hal itu pun dimanfaatkan sekelompok orang untuk mengambil celah. Tidak tanggung-tanggung, mereka menyamar menjadi pihak hula-hula (pihak yang bisa dianggap paling penting posisinya dalam pesta adat Batak). Padahal mereka sama sekali tidak kenal penyelenggara pesta.
Tujuannya untuk meraup pulus. Maklum dalam pesta adat Batak, posisi hula-hula mendapat perlakuan lebih istimewa dari pihak/rombongan lainnya. Termasuk "saweran" yang diberikan kepada mereka, saat manortor, biasanya lebih besar.
Hal itupun diakui pengamat budaya Batak sekaligus pendiri Grup Palambok Pusu-pusu, Tansiswo Siagian kepada medanbisnisdaily.com, Sabtu (23/3/2019).
"Tiap uduran (rombongan) akan merasa terhormat (sangap) jika udurannya ramai, sekalipun udurannya tidak dikenal semua.Peluang inilah yang dimanfaatkan uduran palsu tadi," kata Tansiswo.
Hal itu, lanjut,Tansiswo sudah pernah terjadi di Siantar, tepatnya di Sopo Godang HKBP, Jalan Gereja, Pematang Siantar dan sempat viral di FB.
Hal sama juga diceritakan salah seorang pensiunan polisi yang bertugas di wilayah hukum Poldasu, T.Sinaga. Dalam bincang-bincang dengan medanbisnisdaily.com belum lama ini, dikatakannya, hula-hula palsu sudah menjadi profesi. Biasanya jumlah mereka 5 orang per kelompok. Kerjanya mencari informasi di mana saja ada pesta yang besar.
"Mereka sanggup mencarter mobil. Misalnya pesta di Samosir, mereka carter mobil dari Medan dan penampilannya meyakinkan. Uang yang didapat lumayan besar. Bisa sampai jutaan per orang," katanya.
Belum lama ini, tutur Sinaga, polisi juga menangkap hula-hula palsu ini di Wisma Naga Hall, Medan Amplas. Hal itu didasari atas kecurigaan penyelenggara pesta karena melihat mereka selalu ikut menyusup di rombongan hula-hula yang sebenarnya.
"Di hula-hula marga A dia ada. Di marga B dia ada, di marga C juga dia ada. Kalau sekali berdiri masing-masing dapat Rp 100.000, 10 kali tampil sudah Rp 1 juta," katanya.
Ilustrasi acara pesta adat Batak Toba.