Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Simalungun.Terungkap pembelian alat absensi sidik jari elektronik (fingerprint) yang anggarannya dikutip atau diduga dipungli dari Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemkab Simalungun sebesar Rp 100.000 per orang supaya pegawai bisa menerima insentif dan tambahan penghasilan lainnya.
Pungutan liar (pungli) pengadaan alat absensi elektronik sidik jari (fingerprint) terhadap sekitar 5000 aparatur sipil negara (ASN) Pemkab Simalungun di luar guru, diduga nilainya mencapai sekitar Rp 500 juta.
Jumlah tersebut didasari setiap ASN Pemkab Simalungun dikutip Rp 100 ribu,untuk pengadaan alat fingerprint yang disebut-sebut per unitnya sekitar Rp 7 juta.
Ketua Institute Law and Justice (ILAJ) Fawer Full Fander Sihite Minggu,(31 /3/2019) ,mengatakan,dari investigasi pihaknya,ASN Pemkab Simalungun terpaksa menuruti pengutipan pembelian fingerprint,demi mendapatkan insentif.
" Sejumlah ASN mengaku rela membayar Rp 100 ribu untuk pembelian alat fingerprint,demi mendapatkan uang insentif yang dibayarkan berdasarkan kehadiran pegawai yang dilihat dari absen sidik jari," ujar Sihite.
Para ASN tambah Sihite terpaksa menanggung pembelian alat fingerprint,karena masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) tidak mengalokasikan pembeliannya di Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) TA 2019.
" Ini saya kira baru pertama di negeri ini,pembelian alat fingerprint dibebankan kepada Aparatur Sipil Negara," sebut Sihite.
Dia menambahkan jika anggaran yang dikutip dari ASN Pemkab Simalungun mencapai Rp 600 juta,sedangkan untuk pembelian alat finger print di 30 lebih kantor OPD dan 32 kecamatan dengan harga per unit Rp 7 juta masih ada kelebihan sekitar Rp 200 juta,yang diduga menjadi keuntungan oknum pengadaan alat tersebut.
Karena itu, ILAJ Fawer berharap dugaan pungli pengadaab alat finger print yang sudah dilaporkan ke Kejari Simalungun dapat diusut tuntas
Kepala Inspektorat Pemkab Simalungun, Sudahlah Saragih sebelumnya mengakui pemakaian alat fingerprint untuk absensi ASN. Namun, dia mengatakan, alat yang dipakai di OPD yang dipimpinnya bukan alat yang baru, namun yang lama atau yanh dibeli tahun 2011.
" Tidak yang baru kami menggunakan alat yang lama," kata Sudiahman.