Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Elok juga kita melirik Pemilu India, yang terbesar di dunia dengan 900 juta pemilih. Seperti disiarkan berbagai kantor berita, Perdana Menteri (PM) Narendra Modi masih bertekad memenangi Pemilu walau beragam masalah masih menghadang.
Pemungutan suara sejak Kamis (11/4/2019) berlangsung tujuh tahap hingga 19 Mei di negeri berpenduduk 1,3 miliar orang itu. Penghitungan suara dilakukan 23 Mei, dan mereka yang terpilihlah yang akan memilih PM baru bagi India.
Meski dipuja-puja para pendukungnya, Narendra Modi dikritik karena dianggap sebagai biang polarisasi antara mayoritas Hindu dengan 200 juta warga Muslim di India.
Modi dan partainya, Bharatiya Janata Party (BJP) meraih kekuasaan pada 2014 dengan janji terkenal "achhe din" (hari-hari baik). Kali inipun Modi memproyeksikan diri sebagai pemimpin nasionalis yang kuat yang akan melanjutkan pembangunan.
Padahal masih ada sekitar 70 juta orang yang hidup dalam kemiskinan ekstrem, dengan pendapatan kurang dari US$ 1,9 per hari. Petani tebu miskin di Uttar Paraesh, India Utara mengeluh karena masih teringat janji yang dibuat Modi lima tahun lalu.
"Ia membuat janji-janji palsu. Ia berjanji melipatduakan harga hasil produk kami. Kami tidak pernah mendapat apa-apa," kata seorang petani tebu.
BJP lagi-lagi menjanjikan uang tunai sebesar 6.000 rupee atau Rp 1,2 juta per bulan untuk 120 juta petani miskin dan memotong pajak untuk kelas menengah. Juga asuransi kesehatan murah bagi masyarakat miskin.
Kubu oposisi Indian National Congress (INC), selain mengkritik politik uang, dan kampanye terselubung, juga menjanjikan setiap keluarga berpenghasilan kurang dari 12.000 rupee atau Rp2,4 juta per bulan akan menerima 6.000 rupee atau Rp1,2 juta setiap bulan.
INC yang dipimpin oleh Rahul Gandhi memang terus panen dukungan lewat kampanye berbau ekonomi. Mereka meluncurkan lagu ciptaan komposer Bollywood Javed Akhtar, yang berisi pesan bahwa Modi tidak becus mengelola ekonomi untuk para petani, pengangguran, dan keluarga India pada umumnya.
Tapi, peluang INC mengalahkan BJP tak mudah. Hasil polling Centre for the Study of Developing Societies menunjukkan 43% responden menginginkan Modi kembali menjadi PM. Hanya 24% yang menginginkan Rahul. Rada mirip dengan Indonesia, ya?