Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Langkat. Selama 20 tahun warga yang tinggal di Dusun Paluh Baru, Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatra Utara (Sumut), menggunakan jembatan darurat yang terbat dari kayu bakau.
Selama itupula, kata Agus Rianto dan Sainun, keduanya mantan Kepala Desa Pasar Rawa, warga sekitar menggunakan jembatan darurat itu sebagai sarana penghubung antar desa. Jembatan dibangun dari kayu bakau, berlantai papan, sering direnovasi karena kondisinya yang lapuk.
"Sudah sering kami ajukan di Musrenbang tentang titi Paluh Baru itu saat menjadi kepala desa. Usulan tentang jembatan itu hingga kini masih juga diajukan dalam Musrenbang oleh Bambang Sobirin, beliau adalah Kepala Desa Pasar Rawa yang menjabat saat ini,” ungkap mereka berdua kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (12/4/2019).
Kondisi sarana yang tidak memadai itu juga menyulitkan aktivitas bongkar para petani. Para petani terpaksa melakukan muat bongkar hingga 3 kali. Akibatnya, biaya operasional yang mereka tanggung cukup besar.
Misalnya ssaja seperti produksi tandan buah segar (TBS). Pengangkutannya berawal dari lahan pertanian ke mobil puck up ataupun golak-golak hingga ke pangkal jembatan. Dari tempat itu, TBS dibongkar dan dimuat lagi ke kereta sorong untuk diseberangkan melalui jembatan darurat hingga ke seberang.
Llalu, TBS itupun dibongkar kembali, dimuat kembali ke atas truk yang menunggu diseberang jembatan Dusun Kelantan, Desa Pasar Rawa.
"Beginilah setiap kali panen, baik itu kelapa sawit, semangka dan hasil bumi lainnya. Sehingga biaya yang dikeluarkan cukup besar. Hasil jual hanya untuk biaya angkut dan bongkar muat, tinggal 40 persen yang bisa dinikmati. Ini sudah 20 tahun berjalan,” ungkap Panjaitan, M Adi, dan Haji Ibrahim, petani di Dusun Paluh Baru.
Penduduk lainnya, Padli, Ucok, hanya berharap kepada Gubernur Sumatra Utara untuk menganggarkan perbaikan jembatan it ke dalam APBD.
"Kalau memang Pemerintah Kabupaten Langkat tidak perduli, maunya gubernur tergerak hatinya memikirkan masyarakat Paluh Baru. Sudah 3 bupati, mulai Syamsul Arifin, Ngogesa dan Pak Bupati Terbit Rencana, jembatan kami masih darurat dari swadaya,” keluh mereka.
Jembatan darurat sepanjang lebih kurang 40 meter yang menghubungkan Dusun Paluh Baru dengan Dusun Kelantan itu menuju pusat desa dan kecamatan. Ada sekitar 300 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di Dusun Paluh Baru.