Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tanah Karo. Peleng merupakan tanaman yang memiliki rasa khas. Namun rasa sedap sayuran hijau ini, belum banyak diketahui masyarakat. Karena pada umumnya, peleng merupakan sayuran yang dikonsumsi kalangan etnis Tionghoa.
Tetapi, rasa tumis peleng tidak kalah enak dengan tumis kangkung atau tumis bayam yang telah ada didaftar menu di beberapa tempat kuliner. Namun sayang, walau rasanya sangat enak. Hingga saat ini, agak langka ditemui rumah makan atau restoran yang menyajikan tumis peleng.
Di pasar tradisional kota-kota besar, memang nama peleng belum setenar komoditi sayuran lainnya. Memang jika dibandingkan dengan harga daun ubi atau kangkung, memang biasanya harga peleng sedikit lebih mahal. Mungkin ini jugalah yang membuat kaum ibu jarang memasak peleng di rumah sebagai sayur sajian ketika makan.
Namun ada sedikit tantangan dalam budidaya peleng. Ketika curah hujan tinggi, tanaman ini mudah terserang penyakit. Maka tidak heran, jika penghujan tiba, harga peleng mengalami kenaikan. Sadarman Tarigan, petani peleng dari Desa Peceren, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Karo, Sumatra Utara, Jumat (12/4/2019).
"Bila penghujan tiba, peleng mudah terserang jamur dan busuk batang. Kalau sudah terserang, tidak jarang warnanya juga menguning dan tidak dapat lagi dipasarkan secara maksimal, harus dikopek banyak. Jadi timbangannya bekurang. Tetapi kalau mahal, ya dapat lebih banyak juga uangnya. Harga mahal yang ditungu-tunggu petani. Biasanya penghujan peleng mengalami kenaikan harga," paparnya .
Dikatakannya lebih lanjut, ketika curah hujan sangat tinggi, penggunaan fungisida harus tepat guna dan sasaran. Keahlian dalam menggunakan dosis fungisida susuai kondisi cuaca merupakan faktor dominan dalam keberhasilan pertanaman peleng. Bahkan tidak jarang, ungkap Sadarman lebih lanjut, petani memasarkan peleng sebelum waktunya. Hal ini berkaitan dengan kekhawatiran kerusakan tanaman.
"Cita rasa tidak berkurang jika dipanen lebih awal, hanya saja beratnya timbangannya menjadi lebih ringan. Tetapi kalau terlalu beresiko untuk menunggu, lebih baik dipanen awal, nanti tanam lagi. Karena umur peleng kan hanya 40-45 hari, mulai tanam hingga di bawa ke pasar. Tapi jika harga melonjak, dipanen lebih awal juga tentu tidak jadi masalah," beber ayah satu anak ini.
Dari keterangan Sadarman Tarigan, diketahui kalau harga jual tanaman peleng hendaknya tidak kurang dari Rp.5000/Kg. "Harga lima ribu perkilo merupakan harga terendah yang diharapkan petani. Itu harga "draw", pas-pasan. Jika diatasnya maka sudah dapat duit," ujarnya tersenyum.
Informasi yang diperoleh Medanbisnisdaily, Jumat petang, dari pelaku pasar di pasar tradisional terbesar Tanah Karo, Pajak Roga Berastagi. Harga jual peleng ditingkat petani Rp 10.000 per kg.