Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebagaimana pernah terjadi berkali-kali di masa lalu, etnis Tionghoa kerap mengalami intimidasi, khususnya di tahun politik. Komunitas Tionghoa adalah yang paling rentan menjadi sasaran. Untuk saat ini, jelang Pemilu 2019 pada 17 April, mulai terlihat adanya postingan-postingan bernada provokatif di berbagai media sosial. Nadanya adalah upaya membangkitkan sentimen anti Cina (Tionghoa).
Demi mengantisipasi kekawatiran tersebut, siang ini, Minggu (14/4/2019), institusi pengawal hak-hak politik rakyat, yakni Rumah Konstituen, menggelar Dialog Publik bertajuk "Meneguhkan NKRI, Mewaspadai Intimidasi Etnis Menjelang Pemilu 2019". Digelar di D'Jong Cafe, Jalan Willem Iskandar, Medan.
Di masa lalu, ujar Direktur Eksekutif Rumah Konstituen, Eko Marhaendy, pernah dideklarasikan Masyarakat Pribumi Anti Tionghoa. Yaitu pada April 2015 di Medan. Disusul pada tahun yang sama terjadi tragedi bernuansa SARA yang berakibat pembakaran beberapa Kelenteng (rumah ibadah Buddha di Kota Tanjungbalai).
Dibalut hoax yang kian marak terjadi, kasus-kasus semacam itu berpotensi mengancam kemajemukan yang sesungguhnya merupakan kebanggaan Indonesia.
"Itulah yang menjadi dasar pemikiran Rumah Konstituen menggelar Dialog Publik ini," tegas Eko.
Selain Eko, dialog menghadirkan empat narasumber dari berbagai latar belakang dan profesi, yakni Dr Irwansyah M.Ag (Ketua Jurusan Sosiologi Agama UIN Sumatra Utara), Candiki Repantu (Antropolog PUSIS Unimed) serta Liani, SE (politikus PSI/aktivis perempuan Tionghoa).
Dialog ini diharapkan melahirkan komitmen para peserta agar dengan arif menyikapi potensi ancaman benturan antar etnis menjelang Pemilu, terutama di Sumatra Utara.