Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pasangan Joko Widodo (Jokowi) dan Ma'ruf Amin unggul versi quick count (QC) dalam pemilihan presiden (pilpres), Rabu (17/4/2019). Pasangan terpilih ini pun langsung "ditagih" untuk bisa memenuhi janji kampanyenya. Janji kampanye yang sering didengungkan adalah terkait dengan tiga kartu, yakni kartu sembako murah, kartu Indonesia pintar kuliah dan kartu pra kerja.
"Saya berharap Presiden mampu merealisasikannya segera. Masyarakat tentu menanti janji ketiga kartu itu mampu berjalan di tahun 2019 ini. Melihat kemampuan pemerintah dalam merealisasikan program lewat kartu sebelumnya, saya optimis ketiga kartu tersebut mampu untuk direalisasikan segera," kata pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Kamis (18/4/2019).
Untuk program ekonomi, pemerintah diharapkan tetap melanjutkan program pembangunan infrastruktur, sehingga mendukung konektivitas antar wilayah. Baik infrastruktur laut, darat dan udara (langit). Pengembangan ekonomi digital seperti yang sering disuarakan juga harus bisa cepat direalisasikan.
Menyoal pertumbuhan ekonomi, Indonesia masih akan berkutat dalam angka 5,3% hingga 5,5% dalam dua tahun ke depan. Kinerja pertumbuhan ekonomi ini tidak bisa terlepas dari kondisi ekonomi global. Dimana ekonomi global masih mendapatkan ancaman perang dagang dari Amerika Serikat (AS) serta ketidakstabilan politik di Eropa. Perang dagang dan Brexit memang masih akan terus menghantui kinerja ekonomi nasional.
Selanjutnya, pemerintah harus berupaya untuk menyerap komoditas lokal seperti sawit, karet maupun komoditas lain agar lebih banyak dikonsumsi di dalam negeri. "Kita harus belajar dari tahun 2018 silam, dimana harga komoditas sempat membuat daya beli anjlok karena harganya turun lebih dari 50%. Untuk itu kita mengharapkan agar pemerintah mampu membuat produk hilirisasi seperti kelapa sawit untuk biodiesel," katanya.
Tidak hanya berhenti di B20, tetapi diupayakan terus untuk B100. Demikian halnya juga untuk karet yang bisa dioptimalkan untuk pembangunan infrastruktur.
Kondisi eksternal akan terus membayangi ekonomi Indonesia. Terlebih jika melihat ada sejumlah masalah pada beberapa negara berkembang yang tengah terlilit krisis ekonomi. Belum lagi jika seandainya tren kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS (The Fed) terulang. Ditambah jika seandainya perang dagang menyeret kepada masalah geopolitik yang lebih luas.
Jadi ancaman eksternal ini sangat potensial mengganggu stabilitas ekonomi makro. "Tapi begitupun, kinerja ekonomi makro kita di tahun ini akan tetap stabil dengan kecenderungan membaik. Salah satu keberhasilan pemerintah Jokowi sebelumnya adalah dengan pengendalian inflasi yang mampu ditekan di bawah 3%," katanya.
Jadi kemenangan ini tidak semestinya membuat pemerintah merasa nyaman. Masih ada sejumlah tantangan ekonomi ke depan yang masih penuh ketidakpastian. Tahun 2018 memang menjadi bukti bahwa pemerintahan Jokowi mampu melewati masa masa sulit di tengah tekanan ekonomi global.
Gunawan mengatakan, pembangunan infrastruktur juga harus terus berjalan. Baik itu infrastruktur laut, darat dan udara (langit). Selanjutnya diharapkan adanya upaya serius dalam pengembangan sumber daya manusia yang terampil dan tersertifikasi. Juga memaksimalkan arus investasi yang masuk baik itu penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).
"Upaya hilirisasi komoditas unggulan nasional, hingga revitalisasi BUMN juga harus menjadi fokus presiden terpikir," kata Gunawan.