Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Makin santer. Tapi belum final. Kemungkinan PAN akan merapat ke koalisi Jokowi-Ma’ruf diisyaratkan oleh Wakil Ketua Umum PAN Bara Hasibuan yang melihat peluang itu. "Yang jelas kami, kan, akan melihat posisi kami lagi, ya. Kan pemilihan presiden sudah selesai, ya, jadi kita lihat nanti ke depannya gimana," kata Bara di Jakarta, Kamis (25/4).
Info baru beredar pula. Disebutkan saat Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan berkunjung ke istana, pekan lau, dia telah melobi Presiden Jokowi agar mengamankan kursi pimpinan MPR. “Saya dengar beliau membisik Pak Jokowi dan meminta salah satu pimpinan MPR," ungkap Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma'ruf, Abdul Karding kepada wartawan, Selasa (30/4).
Namun Sekjen PAN Eddy Soeparno membantah lobi Zulkifli tersebut. "Kami tidak pernah minta apa-apa ke beliau," tegas Eddy kepada wartawan Selasa (30/4). Sebelumnya dia juga membantah bahwa PAN akan merapat ke koalisi Jokowi-Ma’ruf.
Sebaliknya, Wakil Ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, Johnny G Plate mengungkap Jokowi telah menyampakan info tersebut saat bertemu dengan elite dan jubir TKN, Minggu (27/4)) lalu.
"Pak Jokowi orangnya bersikap positif dalam artian mendengarkan dan saya kira mempertimbangkan dengan serius permohonan itu," kata Karding.
Sebetulnya, dulu pun pada 2014 ketika PAN mengusung Prabowo-Hatta Rajasa, tapi ketika Jokowi-JK memenangkan Pilpres, PAN merapat ke koalisi Jokowi-JK pada September 2015.
Kala itu, Zulkifli Hasan menyatakan gabung ke koalisi, seperti disyiarkan BBC, tak mengincar jabatan apa-apa. Namun ternyata kader PAN Asman Abnur akhirnya dipilih menjadi MenPAN-RB.
Namun sejak Juli 2017, PAN mulai melancarkan kritik kepada pemerintah. Salah satunya, soal presidential treshold 20%. Bahkan, walkout saat Rapat Paripurna. PAN juga beda pendapat soal Perppu Ormas. Kala itu, politikus PAN menyebut mereka adalah mitra kritis pemerintah.
Tapi akhirnya, PAN keluar dari koalisi dan memilih mendukung Prabowo jelang Pilpres 2019 . Konsekuesinya, Asman juga dicopot dari jabatan menteri pada Agustus 2018.
Jika diibaratkan tinju, PAN bak menerapkan strateg hit and run. Masuk dan keluar lagi. Atau bak taktik perang gerilya, serang mendadak dan kabur. Uniknya, koalisi Jokowi-Ma’ruf tampaknya membuka pintu pula. Bagaimana kesudahannya, wait and see!