Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Pemerintahan yang kuat itu jika banyak teman. Begitu kata Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, menanggapi pertemuan Presiden Jokowi dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), politikus Partai Demokrat, putra Yudhoyono, Ketua Umum Partai Demokrat, di Istana Negara, Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Padahal, menurut Moeldoko, Jokowi-Ma’ruf sudah didukung 60% lebih kekuatan parpol di parlemen. Sudah ada PDIP, Golkar, NasDem, PKB dan PPP. Tapi, kata dia, apa salahnya jika bisa 80%. Lebih banyak lebih baik.
Syahdan, diperkirakan program Pemerintah Jokowi akan mulus. Tidak menghadapi kendala penolakan parlemen yang signifikan. Tentu saja jika pemenang Pilpres 2019 yang akan diumumkan oleh KPU pada 23 Mei adalah Jokowi-Ma’ruf.
Katakanlah, Partai Demokrat akhirnya bergabung dengan koalisi Jokowi-Ma’ruf. Apalagi jika kemudian salah seorang kadernya, katakanlah AHY diangkat pula menjadi menteri dalam kabinet. Saya kira merupakan investasi politik bagi AHY, sekaligus juga Demokrat.
Bak dali Archimedes, masuknya Demokrat ke koalisi pemerintahan akan mengurangi alokasi menteri di kabinet bagi parpol sekoalisi. Namun tak apalah demi mendukung kabinet presidensial yang kuat.
Tapi saya kira “kemesraan” itu mulai terusik jelang Pilpres 2024. Saya menduga masing-masing koalisi parpol berniat mencalonkan kadernya menjadi Capres atau Cawapres. Sebab, Jokowi sudah dua priode dan tak bisa mencalonkan diri lagi. Ma’ruf Amin juga rasanya tak lagi maju.
Puan Maharani, Muhaimin Iskandar, Airlangga Hartarto, Surya Paloh dan AHY berpeluang mencalonkan diri. Kompetisi antarsekoalisi pun terbuka. Akan terjadi dinamika dalam tubuh kabinet, jika pun bukan perpecahan.
Saya kira peta politik ini bisa dibaca oleh parpol koalisi pendukung Jokow-Ma’ruf. Nah, apakah mereka legowo jika Demokrat – juga PAN – bergabung walau kelak menjadi pesaing, meski dibantah kedua parpol itu?
Koalisi besar banyak gunanya, Tapi juga menyimpan risiko yang pada suatu saat akan meledak. Segala kemungkinan bisa terjadi. Happy ending, atau tragedi politik. Marilah kita tunggu.