Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisniadaily.com - Medan. Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jumat (3/5/2019) sempat membuat investor dipasar modal panik. Pasalnya pada pembukaan di awal perdagangan, IHSG dibuka melemah di level 6.366 hingga membuat IHSG sempat turun tajam hingga kelevel 6.261. Meski mengalami kenaikan, tapi mengakhiri perdagangan pekan ini, IHSG terperosok ke level 6.319. Karena di awal pekan, IHSG ditutup di level 6.401,72.
"Pelemahan IHSG hari ini berdampak pada isu perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diikuti oleh pelemahan pada hampir seluruh saham di berbagai negara. Indeks Dow Jones turun 0,463%, Korea composite turun 0,743%, Kospi turun 0,8%, NYSE 0,128%, Nasdaq 0,16%, STI turun 0,13%," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin.
Indeks-indeks saham di bursa wallstreet sudah mengawali pelemahan ini lebih dulu setelah The Fed mengeluarkan keputusan terkait suku bunga acuannya. Hal ini lantas menyeret pelemahan pada saham di Asia dimana beberapa bank sentral di beberapa negara juga turut menahan suku bunga acuannya untuk menekan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Indonesia juga menahan suku bunga acuan-nya. Namun untuk mensiasati hal ini, Bank Indonesia (BI) terus berupaya memberikan akses mengalirnya dana asing ke dalam negeri agar perputaran uang di dalam negeri tetap stabil dan terjaga serta investasi dalam negeri tetap aman. Selain itu, kolaborasi dan bauran kebijakan juga terus dilakukan. Terutama menjelang puasa Ramadan tahun ini, BI terus memantau pergerakan inflasi dalam negeri agar tetap terjaga ketika permintaan logistik maupun harga transportasi terutama tiket pesawat melonjak.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS juga masih berada di dua zona. Tarik ulur perdagangan nilai tukar rupiah membuat rupiah cenderung stabil seperti penutupan sebelumnya yakni di level Rp 14.251 per dolar AS.
Begitupun, BI terus berupaya menarik investasi asing untuk berinvestasi di Indonesia melalui skema-skema investasi dengan keuntungan yang menarik. "Saya kira pelaku pasar uang tidak perlu mengkhawatirkan nilai tukar rupiah," kata Gunawan.