Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Saya teringat film “Survival Family” yang disutradarai Shinobu Yaguchi dan dirilis pada 11 Februari tahun 2017 di Jepang. Film ini mendeskripsikan Jepang ketika listrik padam, alahmak, selama dua tahun nonstop. He-he, namanya juga sebuah film, sebuah dunia rekaan seniman sinema.
Tidak seperti pemadaman listrik yang terjadi di Medan pada Kamis (9/5) lalu pada saat umat Muslim salat tarawih. Padahal, sebelumnya juga byarpet pada pukul 03.00, saat orang sedang makan sahur.
Bedanya dalam film Jepang itu, penyebab padamnya listrik itu tak diketahui alias misterius. Namun di kota Medan, menurut Manager Distribusi PLN Unit Induk Wilayah (UIW) Sumut, Taufik Hidayat kepada media online ini, karena tekanan bahan bakar gas sangat rendah pada MVPP (Marine Vessel Power Plant) di pembangkit listrik Belawan.
Rupanya, menurut Manager Komunikasi PLN UIW Sumut, Rudi Artono, suplai bahan bakar gas untuk MVPP di Belawan dari Arun melalui pipa yang panjang mengalami penurunan tekanan. Jadi, tidak bisa sepenuhnya memenuhi kebutuhan pembangkit.
Sementara pemadaman pertama saat sahur itu, masih menurut Rudi Artono, karena ada gangguan di beberapa pembangkit listrik. Ternyata, kerusakan terjadi pada Current Transformer (CT), yaitu peralatan yang mengubah besaran arus dari besar ke kecil ataupun sebaliknya sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan, dengan arus 150 kV.
Apa boleh buat, beberapa pembangkit seperti PLTU Nagan Raya 1 dan 2, PLTU Pangkalan Susu 2, PLTGU Belawan, ST 2.0, PLTG Marine Vessel Power Plant dan Belawan, serta PLTD AKE mengalami trip atau padam. Karena itu, terpaksa harus dilakukan recovery yang menelan waktu.
Seraya PLN memohon maaf atas ketidak-nyamanan warga itu, ternyata ini soal force mayeur. Ada masalah teknis, yang tentu saja bukan kesengajaan.
Namun bisa dipahami jika masyarakat kesal. Sebaliknya, sekaligus juga menunjukkan betapa day to day publik tak bisa bisa dibebaskan dari listrik. He-he, HP dan smartphone tak berfungsi jika baterai habis. Tak bisa memasak nasi dengan rice cooker, kulkas pun mogok.
Listrik adalah kebutuhan pokok. Sangat banyak sektor yang tergantung pada enerji listrik, mulai dari transportasi, industri dan beragam pelayanan publik.
Bebas dari CO2
Kembali ke “Survival Family” adalah seseorang bernama Yoshiyuki Suzuki dengan seorang istri dan dua anak. Namun kala Suzuki berangkat ke kantor, tiba-tiba listrik di Tokyo padam.
Waduh, keluarga itu panik. Nasi belum masak. Dispencer mati. Bahkan semua peralatan elektronik mendadak bungkam.
Efeknya merembes ke stok makanan dan minuman yang anjlok drastis di Tokyo. Harga pangan membubung. Satu gelas air mineral melejit menjadi 1.000 Yen alias Rp 150.000.
Aduhai, nilai mata uang pun diterkam inflasi. Pedagang memberlakukan sistem barter, barang dibayar dengan barang. Ada seorang lelaki yang menukarkan jam tangan rolex dan mobil mewah dengan seliter beras, namun ditolak oleh pedagang.
Film ini membuktikan betapa listrik telah menolong manusia. Tak hanya sebagai alat penerangan sehingga memudahkan orang beraktivitas. He-he, bahkan kaum ibu bekerja lebih efisien dengan adanya rice cooker, blender, mixer dan juicer
Listrik pun adalah sumber energi hijau tanpa menghasilkan gas buang berbahaya. Tidak seperti bahan fosil, seperti minyak bumi, gas alam dan batubara. Bebas dari COâ‚‚ atau karbondioksida, biang kerok pemanasan global.
Listrik bisa dipanen menggunakan sumber-sumber alami seperti sinar matahari, angin, gelombang laut dan panas bumi.
Berbagai peralatan industri pun sangat bergantung dengan listrik. Roda perekonomian berputar, buruh tertampung, pajak kepada negara dibayarkan.
Hidup pun makin bergaya dan bisa bertelepon. video call, internet, promosi barang, memirsa televisi, mendengar radio dan sebagainya.
Bahkan jika pengalihan pola konsumsi dari minyak dan gas bumi (migas) ke energi listrik bisa dilakukan, akan menghemat belanja negara yang tersedia di APBN. Bisa menekan impor BBM yang membuat neraca perdagangan kita defisit. Tak perlu lagi ada subsidi yang gede banget.
Listrik itu sangat vital bagi manusia. Listrik menggerakkan sistem PDAM. Tanpa listrik, kran tidak dapat mengeluarkan air.
Lalu-Lintas pengaturan sistem transportasi darat, laut dan udara pun butuh listrik sebagai sumber energi. Tak terbayang arus lalu lintas akan semrawut jika tanpa lampu setopan.
He-he, kaum jurnalis pun bisa menggunakan jasa Google yang baik hati itu. Merakit berita di komputer jadi lancar. Tak perlu lagi pakai Tipe-X jika salah tulis dan tinggal delete. Lalu, copy paste mengambil referensi kepustakaan.
Kembali ke “Survival Family,” tak pelak, segenap penduduk Tokyo termasuk keluarga Yosiyuki Suzuki terpaksa berbondong-bondong migrasi ke pedesaan. Di sana masih berlimpah ruah makanan. Kehidupan baru pun dirintis. Ah, jangan serius benar. Itu hanya sebuah film, Bung! Bukan true story.