Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Inflasi bulan Ramadan Sumatra Utara (Sumut) pada 5 tahun terakhir, berdasarkan data Bank Indonesia (BI), relatif terkendali. Inflasi Ramadan tahun 2014 sebesar 1,3%, tahun 2015 sebesar 1,6%, tahun 2016 sebesar 0,9%, tahun 2017 sebesar 0,3% dan pada tahun 2018 bahkan terjadi deflasi sebesar 0,7%.
Namun pada Ramadan tahun ini, harga bawang putih dan cabai merah yang masih mahal dikhawatirkan mengerek inflasi Sumut. Apalagi kedua komoditas ini telah mendongkrak inflasi Sumut bulan April 2019 ke level 1,23%.
Wakil Ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sumatra Utara, Wiwiek Sisto Widayat, mengatakan, TPID akan mewaspadai kenaikan harga cabai merah dan bawang putih selama bulan Ramadan. Pihaknya telah menelurkan 4 langkah untuk mengendalikan inflasi. "Dengan langkah ini, kita bisa memantau harganya di pasar, sekaligus memastikan stok-nya aman. Meski soal kenaikan cabai merah masih dipertanyakan karena Sumatra Utara memiliki sentra-sentra tanaman cabai. Kalau bawang putih, kita memang tidak punya produksinya jadi masih wajar harganya naik di tengah tingginya permintaaan," katanya, Sabtu (11/5/2019).
Wiwiek yang juga Kepala BI Perwakilan Sumatra Utara mengatakan, 4 langkah pengendalian inflasi yakni keterjangkauan harga dengan kegiatan berupa sidak pasar oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag), Bulog, Satgas Pangan dan BI. Kemudian menggelar pasar murah dan penyediaan paket sembako murah oleh Bulog.
Juga akan melakukan monitoring dan mencatat perkembangan harga kebutuhan pokok masyarakat di pasar secara intensif oleh Disperindag dan Satgas Pangan, serta pelaporan perkembangan harga ke WA Group TPID dan Satgas Pangan. Kemudian pembukaan Kedai Kita di Pasar Kampung Lalang oleh Pemko Medan, BI, Disperindag dan Bulog.
Langkah kedua adalah ketersediaan pasokan melalui kegiatan operasi pasar oleh Disperindag, Bulog, Satgas Pangan, BI dan OPD terkait. Kemudian penindakan tegas bagi distributor yang melakukan kecurangan atau pun menimbun stok, melakukan pengembangan Rumah Pangan Kita (RPK), serta penambahan stok pangan di Kedai Kita Pusat Pasar.
Ketiga, kata Wiwiek, kelancaran distribusi melalui program kerja sama antar daerah/perdagangan antar daerah dari daerah sentra penghasil ke daerah yang kekurangan pasokan.
"Terakhir, kita akan berkomunikasi secara efektif melalui talkshow di media. Diharapkan bisa mengakomodir harga dan stok sehingga inflasi bisa terjaga," katanya.
Pihaknya juga mengimbau agar masyarakat berbelanja bijak untuk menjaga stabilitas harga. Yakni berbelanja sesuai kebutuhan, caranya antara lain dengan membuat daftar belanja yang perlu dibeli, bukan yang ingin dibeli. Kemudian membandingkan harga untuk memperoleh harga terbaik. Lalu berbelanja barang/makanan pengganti jika harga barang yang perlu dibeli mahal. Paling penting, kata Wiwiek, masyarakat tidak menimbun barang/bahan makanan.