Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Akses masyarakat terhadap uang elektronik (uang digital) yang semakin tinggi bisa dilihat dari penetrasi 'pemain baru' uang elektronik di Sumatra Utara khususnya Kota Medan seperti OVO, Gopay, i.Saku, Saku-ku, Dana, dan lainnya. Merchant-merchant yang menawarkan pembayaran melalui server base ini juga semakin banyak.
Tidak heran, nilai dan volume transaksi uang elektronik juga terus meningkat setiap periodenya, termasuk di Sumatra Utara (Sumut). Data Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut, transaksi uang elektronik pada triwulan I-2019 mencapai Rp 346,208 miliar atau tumbuh 75% dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
"Pertumbuhan transaksi uang elektronik sejalan dengan perluasan penyaluran bansos non tunai dan peningkatan akseptansi transaksi non tunai di Sumut, khususnya melalui agen Lembaga Keuangan Digital (LKD) OVO. Kenaikan ini juga karena terjadi lonjakan pada Januari 2019 yang disebabkan oleh tingginya penggunaan uang elektronik akibat strategi penetrasi pasar yang dilakukan oleh OVO dan i.Saku atas pembayaran tagihan belanja dan tagihan berkala di merchan," kata Kepala BI Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, Minggu (12/5/2019).
Di Sumut sendiri, transaksi uang elektronik didominasi Kota Medan senilai Rp 121,750 miliar dengan 453.452 transaksi. Sementara untuk jumlah agen LKD kini sebanyak 10.943 agen. Jumlahnya, kata Wiwiek, meningkat signifikan dari sebelummya 5.979 agen.
Dari sekian banyak agen LKD, tercatat OVO, Gopay dan i-Saku paling banyak berkontribusi dalam mendorong peningkatan transaksi uang elektronik di wilayah Sumut. Penggunanya tercatat cukup banyak dan mampu menggaet semua kalangan. Layanannya pun cukup beragam, mulai dari keperluan berbelanja, transportasi, makanan/minuman, pulsa dan banyak lagi. Konsumen (pengguna) juga ditawari berbagai diskon hingga penggunaan yang mudah.
Saat ini, kata Wiwiek, dari sisi transaksi uang elektronik, terjadi shifting (peralihan) transaksi dari mayoritas transaksi top up menjadi transaksi pembayaran. "Itu menunjukkan jika penggunaan uang elektronik semakin luas. Tentu diharapkan penggunaannya tidak hanya terpusat di Kota Medan, tapi daerah lain juga. Karena ini juga bagian dari kampanye BI untuk mengurangi transaksi tunai," katanya.